Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Dunia Kerja Berubah di 2030 Dampak AI, Wamenkomdigi Ajak Anak Muda Lakukan Ini

Dunia Kerja Berubah di 2030 Dampak AI, Wamenkomdigi Ajak Anak Muda Lakukan Ini Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Wakil Menteri Komunikasi dan Digital (Wamenkomdgi) Nezar Patria mengungkapkan pada tahun 2030 Indonesia akan menghadapi masa rumit di mana kemajuan teknologi seperti kecerdasan artifisial atau Artificial Intelligence (AI) membawa perubahan besar dalam dunia kerja.

AI bahkan berpotensi menggeser beberapa profesi tradisonal, namun juga bisa menciptakan peluang baru sekaligus, oleh karena itu, Wamenkomdgi mengajak generasi muda untuk mempersiapkan diri menghadapi era teknologi baru di abad 21 dengan mengembangkan keterampilan dan kreativitas digital.

Baca Juga: Luncurkan Wi-Fi 6E dan Wi-Fi 7, RI Ambil Posisi Strategis di Peta Digital Global

Ia menyampaikannya dalam Ceramah “Expanding Career Pathways to Optimize Your Professional Opportunities” di SMA Islam Al Azhar BSD, Tangerang, Banten, Jumat (07/02/2025).

"Kita akan menghadapi masa yang cukup rumit di 2030 karena begitu banyak yang lulus nanti dan lapangan pekerjaan juga akan sangat variatif tergantung kreativitas kita," ujarnya, dikutip dari siaran pers Komdigi, Selasa (11/2).

Nezar Patria menekankan arti penting kemampuan adaptasi perubahan di dunia kerja. Menurutnya, meski banyak profesi yang tergantikan teknologi, namun banyak peluang kerja baru yang bisa diambil dengan mempersiapkan diri sejak dini.  

"Ilmu apa saja yang kalian pelajari itu berguna. Tetapi satu hal yang perlu kalian ingat kalian harus tambahkan skill yang dibutuhkan pada hari ini. Misalnya belajar soal data science, block chain, sampai cloud computing," ungkapnya.

Ia mengingatkan saat ini tidak ada batasan disiplin ilmu. Oleh karena itu, dirinya mendorong pelajar berani mengeksplorasi berbagai pengetahuan, termasuk teknologi AI seperti ChatGPT.

"Tapi, jauh lebih penting adalah bagaimana melatih otak kita untuk bisa tetap melakukan analisis sintetis terhadap masalah dan juga critical thinking kita bisa jalan. Kalau kalian pakai chat GPT terus yang hilang di kalian itu adalah kemampuan melakukan analisis sendiri. Itu bahaya sekali ke depannya," jelasnya.

Nezar Patria menekankan cara berpikir kritis harus digunakan di tengah derasnya arus informasi di ruang digital yang berimplikasi pada penyebaran misinformasi dan disinformasi.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
Editor: Ulya Hajar Dzakiah Yahya

Advertisement

Bagikan Artikel: