Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Program B40 di Indonesia Menjadi Katalisator untuk Asia Tenggara yang Lebih Hijau

Program B40 di Indonesia Menjadi Katalisator untuk Asia Tenggara yang Lebih Hijau Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Indonesia memposisikan diri di garis depan dalam misi global penggunaan bahan bakar alternatif melalui mandat program B40, campuran bahan bakar biodiesel tertinggi di dunia, yang diimplementasikan mulai pada awal tahun ini.

Terobosan kebijakan ini tidak hanya menunjukkan komitmen Indonesia untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (GHG), tetapi juga merupakan upaya pemerintah dalam memberikan dampak ekonomi yang signifikan. 

Menurut Trung Ghi, Partner and Head, Energy & Utilities Practice, dari Arthur D. Little Southeast Asia, inisiatif ini memposisikan Indonesia sebagai pelopor dalam transformasi energi terbarukan. “Mandat B40 menggarisbawahi komitmen serius Indonesia untuk mengurangi gas rumah kaca global sekaligus menciptakan peluang transformatif,” jelas Trung.

“Inisiatif ini secara alami akan menarik para pengembang, peneliti, dan pembeli terbaik ke Indonesia, menciptakan ekosistem yang dinamis, dan membangun modal intelektual untuk generasi mendatang,” lanjutnya.

Mereformasi Lanskap Energi Terbarukan di Asia Tenggara

Sebagai negara dengan perekonomian terbesar di ASEAN, implementasi B40 di Indonesia diharapkan dapat memberikan dampak yang luas di kawasan ini. Trung memprediksi bahwa penerapan program ini akan menghasilkan kebijakan dan teknologi yang lebih terstandardisasi di seluruh kawasan, yang berpotensi menjadikan Asia Tenggara sebagai pusat inovasi energi berkelanjutan. 

“Inisiatif ini akan memacu pengembangan ekosistem yang komprehensif, yang mencakup inovasi, keberlanjutan, dan keuangan di Asia,” jelas Trung.

Waktu terkait implementasi program ini juga sangat krusial mengingat fluktuasi pasar energi global saat ini. Trung menekankan bahwa memproduksi bahan bakar berkelanjutan secara lokal akan meningkatkan ketahanan energi di Asia secara signifikan.

“Meningkatnya volatilitas dan ketegangan geopolitik dunia membuat bahan bakar berkelanjutan yang diproduksi secara lokal menjadi kekuatan untuk ketahanan energi Asia, mengurangi ketergantungan impor,” ujar Trung. 

Dalam konteks kerja sama internasional, khususnya terkait pelarangan minyak kelapa sawit oleh Uni Eropa, Trung melihat adanya peluang bagi Indonesia untuk ikut andil mengubah perspektif global.

“Dengan memanfaatkan teknologi canggih dan analisis data, Indonesia dapat berpartisipasi lebih proaktif dalam diskusi internasional, termasuk penghematan emisi gas rumah kaca dan manfaat ekonomi, yang berpotensi memengaruhi perkembangan industri bahan bakar global,” katanya.

Baca Juga: ESDM Bakal Hadirkan Tim Khusus untuk Awasi Biodiesel B40

Menavigasi Masa Depan: langkah kunci menuju sukses

Meski begitu, keberhasilan implementasi program ini memerlukan koordinasi yang cermat di antara berbagai pemangku kepentingan, para pembuat kebijakan, badan usaha milik negara, pemain sektor swasta, dan mitra internasional. “Komitmen penuh dari pemerintah sangat penting dalam mendukung transisi ini,” ungkap Trung.

Inisiatif ini juga memiliki beberapa tantangan yang harus diatasi. Trung menekankan pentingnya struktur insentif yang tepat dan pengontrolan kualitas. “Menciptakan struktur insentif yang tepat akan menjadi kunci untuk mendorong produksi yang berkualitas dan mempertahankan standar yang tinggi di pasar biodiesel,” tegasnya.

“Kita perlu mengelola penawaran dan permintaan secara efektif sambil memastikan bahwa produk yang lebih rendah tidak memasuki pasar setelah kebijakan ini diberlakukan,” ia mengingatkan.

Ia juga kembali menegaskan bahwa transisi ini akan menjadi sesuatu yang kompleks, “Dalam jangka pendek hingga menengah, ketahanan energi dan peningkatan konsumsi energi akan memengaruhi bagaimana para pembuat kebijakan memperkenalkan insentif dan sanksi untuk menyeimbangkan penggunaan bahan bakar fosil dan alternatif berkelanjutan.” 

Baca Juga: Indonesia Menang Sengketa Sawit di WTO: CPO dan Biodiesel Diakui Dunia

Dalam konteks ini, mekanisme seperti target pencampuran, pajak karbon, dan insentif yang ditargetkan berperan vital dalam mengelola transformasi ini, memastikan bahwa transisi energi yang seimbang dan strategis dapat terjadi. 

Terlepas dari tantangan-tantangan tersebut, Trung berpendapat bahwa program B40 Indonesia merupakan langkah penting menuju industrialisasi domestik dan rendah karbon. Keberhasilannya dapat mentransformasi lanskap ekonomi Indonesia, dan menciptakan peluang baru di seluruh rantai nilai.

Di saat yang sama, rencana strategis ini memosisikan Indonesia sebagai pengadopsi biofuel yang serius untuk mencapai tujuan iklim, berfokus pada kepentingan dan kebijakan domestik, sembari tampil sebagai aktor penting di kancah internasional. 

Di tengah meningkatnya ketegangan situasi geopolitik dan tantangan iklim, pendekatan komprehensif Indonesia ini dapat menjadi model bagi negara-negara lain. “Hal ini akan semakin mengukuhkan Indonesia sebagai suara yang berpengaruh dalam diskusi energi global,” pungkas Trung.  

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Amry Nur Hidayat

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: