Isu Bahaya BPA pada Galon Polikarbonat Dinilai Tidak Akurat, Dokter dan Penelitian Buktikan Keamanannya

Berbagai pihak telah menyebut bahwa isu bahaya Bisphenol A (BPA) pada galon polikarbonat (PC) adalah isu yang tidak akurat. Isu bahwa galon air minum dapat menyebabkan penyakit dianggap sebagai kesalahan informasi.
Hal ini juga dibahas oleh dokter sekaligus influencer, Tirta Mandira Hudhi saat mengobrol di podcast bersama Kemal Palevi.
Tirta berkelakar soal isu bahaya BPA pada galon polikarbonat. Menurutnya, isu BPA di Indonesia cukup aneh karena baru muncul beberapa tahun belakangan dengan informasi yang kurang akurat.
"Jelas bahwa isu tentang BPA yang dianggap bahaya tidak pernah dijelaskan, hanya digoreng saja isunya," kata Tirta Mandira Hudhi dalam podcast di akun Youtube Kemal Palevi yang tayang pada September 2024.
Tirta Mandira Hudhi alias Dr Tirta menjelaskan bahwa isu yang diungkapkan ke publik hanya memaparkan informasi permukaan atau sedikit sekali tentang bahaya BPA. Dia melanjutkan, informasi disebarkan tanpa pernah mendalami misal ambang batas aman kandungan BPA yang dapat terkonsumsi dan ditoleransi oleh tubuh atau seberapa besar kandungan BPA yang dikatakan berbahaya.
Menurutnya, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah menetapkan ambang batas aman migrasi BPA dari kemasan pangan ke dalam makanan. Dia mengatakan, selama ini juga tidak pernah ada kandungan BPA dalam kemasan pangan yang melebihi ambang batas tersebut.
Dia kemudian mengibaratkan BPA dengan zat pengawet dalam makanan. Dia menjelaskan bahwa zat pengawet memang berbahaya bagi tubuh, namun tidak ada masalah selama bisa ditolerir dan di bawah ambang batas aman yang ditetapkan. Meski demikian, sambung dia, isu bahaya BPA ini terus saja diolah, dikapitalisasi, dan disebarkan ke publik dengan tujuan tertentu.
Baca Juga: Riset Terbaru USU Perkuat Deretan Bukti Ilmiah: BPA Tidak Terdeteksi pada Air Minum Kemasan Galon
"Tapi isu BPA berbahaya itu digoreng terus. Jadi jangan sampai terbakar emosi karena sesuatu yang tidak berdampak pada kalian," katanya.
Seperti diketahui, sudah ada tiga penelitian di Indonesia terkait potensi migrasi BPA dari galon polikarbonat ke air minum. Hasilnya, tidak ditemukan sama sekali migrasi BPA dari galon ke air minum sehingga masih aman untuk dikonsumsi masyarakat.
Penelitian dilakukan oleh tiga civitas akademika yakni Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Islam Makassar (UIM), dan Universitas Muslim Indonesia (UMI) di Kota Makassar. Penelitian dilakukan terhadap produk Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) populer yang beredar di masyarakat.
BPOM juga sudah menjelaskan bahwa berdasarkan hasil pengawasan terhadap kemasan galon AMDK polikarbonat selama lima tahun terakhir, menunjukkan bahwa migrasi BPA di bawah 0.01 bpj (10 mikrogram/kg) atau masih dalam batas aman. BPOM juga menyebut bahwa beberapa penelitian internasional juga menunjukkan penggunaan kemasan PC termasuk galon AMDK secara berulang tidak meningkatkan migrasi BPA.
Badan Standarisasi Nasional (BSN) menyatakan bahwa konsumsi air dari galon polikarbonat atau guna ulang dapat dipastikan keamanannya dari BPA karena sudah mendapatkan sertifikasi Standar Nasional Indonesia (SNI).
"Ketika sudah disertifikasi dan sudah mendapatkan SNI artinya ketika konsumen membeli produk maka sudah bisa dikatakan aman untuk dikonsumsi,” kata Direktur Pengembangan Standar Agro, Kimia, Kesehatan dan Penilaian Kesesuaian BSN, Heru Suseno.
Anggota Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia (PATPI) Hermawan Seftiono menjelaskan bahwa galon dan BPA merupakan dua produk yang berbeda. BPA merupakan senyawa pembentuk polikarbonat, termasuk galon.
Baca Juga: Penelitian oleh Tiga Kampus Bantah Ada BPA di AMDK, Isu Zat Berbahaya pada Galon Disebut Hoaks
Hermawan mengatakan BPA memang zat berbahaya apabila berdiri sendiri. Namun, reaksi polimerisasi antara BPA dengan fosgen (karbonil diklorida) menjadi senyawa polikarbonat menghilangkan bahaya yang dimiliki BPA.
"Nah ketika menjadi senyawa polikarbonat seharusnya produksi polimer ini menjadi aman. Artinya, kemasan produk galon aman digunakan untuk AMDK," kata Hermawan.
Dia mengatakan kalau tidak ada laporan di Eropa yang pernah menyebutkan seseorang terkena sakit karena mengonsumsi air dari galon polikarbonat. Dengan demikian, kemasan galon polikarbonat dan tutupnya aman digunakan untuk produk AMDK.
"Belum ada juga kasus di Indonesia dan di luar negeri juga terkena penyakit dari kandungan BPA ini," katanya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait:
Advertisement