Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Logam Mulia Bergejolak, Harga Emas Ditekan Menguatnya Aliran Dolar Amerika Serikat

Logam Mulia Bergejolak, Harga Emas Ditekan Menguatnya Aliran Dolar Amerika Serikat Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Harga logam mulia terus mengalami tekanan manyusul harga emas yang mengalami koreksi signifikan dalam perdagangan di Jumat (28/2). Pasar menyoroti menguatnya dolar menyusuk ketegangan akibat isu perang dagang hingga sinyal terkait arah suku bunga dari Federal Reserve (The Fed).

Dilansir dari CNBC International, Senin (3/3), berikut ini adalah catatan harga sejumlah logam mulia utama global. Tercatat, semua komoditas terkait membukukan pelemahan yang signifikan:

  • Emas spot: Turun 1% menjadi US$2.846,96 per ounce.
  • Emas berjangka Amerika Serikat: Turun 1,3% ke US$2.858,90 per ounce.
  • Perak: Turun 0,6% menjadi US$31,1 per ounce.
  • Platinum: Turun 1% ke US$938,95 per ounce.
  • Paladium: Melemah 0,2% menjadi US$917,60 per ounce.

Analis Kitco Metals, Jim Wyckoff mengatakan bahwa tertekannya pasar logam mulia, khususnya emas tidak terlepas dari menguatnya dolar menyusul sejumlah faktor yang terjadi di Amerika Serikat.

Aksi ambil untung, sinyal akan dipertahankannya suku bunga yang cukup tinggi dalam beberapa waktu ke depan hingga kepanikan menyusul adanya pengumuman implementasi kebijakan tarif menjadi sorotan utama pasar emas.

“Faktor utama yang mempengaruhi pasar emas saat ini adalah aksi ambil untung dan penguatan indeks dolar,” ujar Jim Wyckoff.

Baru-baru ini, data perkeonomian terbaru menunjukkan bagaimana indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) naik 0,3% di Januari 2025. Capaian tersebut sesuai dengan ekspektasi pasar dan memberikan sedikit kepastian terkait dengan arah kebijakan yang akan diambil oleh The Fed.

The Fed diperkirakan akan mulai menurunkan suku bungan di Juni 2025. Suku bunga yang tinggi untuk periode yang cukup lama ini membuat emas menjadi kurang menarik.

Meski demikian, terdapat peluang dari lonjakan permintaan aset safe-have akibat ketidakpastian perdagangan menyusul implementasi kebijakan tarif 25% untuk Meksiko dan Kanada serta penambahan tarif sebesar 10% untuk China.

Baca Juga: Berawal dari Apple, Donald Trump Sejajarkan Inggris dengan China

Amerika Serikat baru-baru ini memicu ketegangan pasar menyusul pengumuman implementasi kebijakan tarif untuk negara-negara tersebut di 4 Mareti 2025. Naiknya tarif untuk China menjadi 20% serta implementasi tarif untuk dua negara baru membuat pasar khawatir akan prospek perang dagang global.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Aldi Ginastiar

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: