Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Resesi Ancam Ekonomi Amerika Serikat, Investor Tinggalkan Dolar AS

Resesi Ancam Ekonomi Amerika Serikat, Investor Tinggalkan Dolar AS Kredit Foto: Unsplash/Viascheslav Bublyk
Warta Ekonomi, Jakarta -

Dolar Amerika Serikat (Dolar AS) kembali mengalami koreksi yang signifikan dalam perdagangan di Rabu (5/3). Pasar tengah waspada menyusul naiknya kekhawaitran soal perlambatan ekonomi dan dampak tarif terhadap inflasi di Amerika Serikat.

Dilansir dari Reuters, Kamis (6/3), Indeks Dolar (DXY) turun 1,2% ke 104,29. Angak tersebut merupakan capaian level terendah sejak 8 November 2024.

Baca Juga: 100 Mobil Listrik Hyundai Bakal Disulap Jadi Armada Robotaxi Startup Amerika Serikat

Direktur Perdagangan Monex USA Washington, Juan Perez menyebut bahwa penurunan pasar dolar kali ini tidak terlepas dari meningkatnya spekulasi tentang potensi resesi di Amerika Serikat.

"Kita sedang mengalami perubahan sentimen terhadap pasar dari Amerika Serikat," kata Juan Perez.

Kekhawatiran terkait dengan melambatnya ekonomi tidak terlepas dari ketidakpastian yang muncul akibat kebijakan tarif dari Amerika Serikat. 

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump baru-baru ini kembali memicu kekhawatiran dengan  kembali menegaskan akan menerapkan tarif timbal balik di April 2025. Padahal sebelumnya ia telah  menerapkan tarif 25% pada impor dari Meksiko dan Kanada, serta menaikkan tarif barang China menjadi 20%.

Pasar khawatir bahwa kebijakan tersebut akan menimbulkan perlawanan yang keras seperti yang terjadi sebelumnya dimana hujan tarif dan sanksi diterapkan oleh Kanada, China dan Meksiko ke Amerika Serikat.

Namun, Gedung Putih memberikan sedikit harapkan dengan mengumumkan bahwa produsen otomotif akan dikecualikan dari tarif 25% selama satu bulan asalkan mereka mematuhi ketentuan dalam Perjanjian Perdagangan Bebas AS-Meksiko-Kanada (USMCA).

"Jika kita menuju proteksionisme yang lebih ketat, sistem keuangan akan mulai beradaptasi. Saat ini, mengurangi eksposur terhadap dolar tampaknya menjadi langkah yang bijak," ujar Juan Perez.

Adapun Ekonomi Amerika Serikat terus menjadi sorotan. Data perekonomian terbaru menunjukkan adanya kenaikan pertumbuhan sektor jasa yang terlihat dari Institute for Supply Management (ISM) Non-Manufacturing Purchasing Managers Index (PMI). Indeks menunjukkan adanya kenaikan hingga 53,5 di Februari 2025.

Namun pertumbuhan lapangan kerja sektor swasta melambat signifikan, dengan hanya bertambah 77.000 pekerjaan di Februari 2025. Angka tersebut sangat jauh jika dibandingkan dengan revisi naik 186.000 di Januari 2025.

Pertumbuhan lapangan kerja sektor swasta sendiri berada jauh dari ekspektasi pasar yang awalnya memperkirakan data tersebut akan mencapai 140.000 pekerjaan.

Kini pasar tengah berupaya untuk melihat apakah tarif yang diberlakukan akan bersifat permanen atau masih dapat dinegosiasikan dengan Trump. Hal ini akan menjadi faktor utama dalam arah kebijakan ekonomi dan nilai tukar dolar ke depan.

Baca Juga: Efek Tarif Amerika Serikat, Raksasa Tambang Kanada Ini Putuskan Masuk Pasar Asia

"Jika tarif dan perang dagang dipandang sebagai ancaman bagi ekonomi, kita kembali ke spekulasi mengenai kemungkinan kebijakan moneter yang lebih longgar," jelas Juan Perez.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Aldi Ginastiar

Advertisement

Bagikan Artikel: