- Home
- /
- Kabar Finansial
- /
- Bursa
Wall Street Dibuat Bingung Soal Tarif, Ekonomi Amerika Serikat Terancam Lesu

Bursa Amerika Serikat (Wall Street) kembali membukukan koreksi yang cukup signifikan dalam perdagangan di Kamis (6/3). Pasar dibuat bimbang oleh kebijakan tarif hingga data ekonomi dari Amerika Serikat.
Dilansir dari Reuters, Jumat (7/3), berikut ini adalah catatan pergerakan sejumlah indeks utama dalam Wall Street. Semua indeks utama kompak mencatatkan koreksi yang signifikan:
- Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 0,99% ke 42.579,08.
- S&P 500 (SPX): Melemah 1,78% ke 5.738,52.
- Nasdaq Composite (IXIC): Anjlok 2,61% ke 18.069,26.
Kepala Investasi SiebertNXT New York, Mark Malek mengatakan bahwa pasar dibuat bingung oleh penerapan kebijakan tarif yang dilakukan oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.
Trump baru-baru ini mengumumkan pengecualian kebijakan tarif selama satu bulan terhadap sejumlah komoditas termasuk sektor otomotif untuk barang-barang yang tercakup dalam perjanjian dagang dari Amerika Serikat-Meksiko-Kanada (USMCA).
Alih-alih membuat pasar optimistis, hal tersebut justru membuat bingung pasar terkait dengan keseriusan pemerintah dalam menerapkan kebijakan tarif.
"Kabut kebingungan semakin tebal dari waktu ke waktu, sayangnya," ujar Mark Malek.
Menteri Keuangan Amerika Serikat, Scott Bessent memperkeruh ketidakpastian dengan menyatakan dukungannya terhadap tarif impor. Pernyataannya memicu pertanyaan sejauh mana pemerintahan bersedia melakukan kompromi atas kebijakan tarif.
"Kami mendapatkan banyak informasi yang saling bertentangan: tarif diterapkan, tarif dicabut, sebagian tarif dibebaskan, dan seterusnya," tutur Mark Malek.
Ketidakpastian akibat perubahan kebijakan yang cepat dapat merugikan investasi serta menghambat pertumbuhan ekonomi. Selain itu, investor juga mengkhawatirkan dampak tarif yang dapat meningkatkan inflasi.
Adapun data ekonomi juga mulai menunjukkan perlambatan dalam beberapa sektor dari Amerika Serikat. ADP Employment Report memperlihatkan sektor swasta hanya menambah 77.000 pekerja di Februari 2025. Capaian tersebut jauh lebih sedikit dari estimasi pasar yang bertambah 140.000. Ia juga lebih rendah dari jumlah penambahan 186.000 pekerja selama Januari 2025.
Hal ini menyusul rangkaian data yang telah menunjukkan penurunan seperti data belanja konsumen, penjualan ritel, aktivitas dalam sektor manufaktur, dan belanja konstruksi, hingga aktivitas dalam pasar perumahan. Semua data ini tersebut memperkuat perkiraan bahwa pertumbuhan ekonomi akan melambat di kuartal I-2025.
Di sisi kebijakan moneter, investor kini memperkirakan suku bunga akan dipangkas sebesar 25 basis poin oleh Federal Reserve (The Fed) di Juni 2025.
Baca Juga: Trump Kembali Melunak, Pasar Dibuat Bingung Tarik-ulur Kebijakan Tarif Amerika Serikat
Presiden Federal Reserve Philadelphia, Patrick Harker, memperingatkan bahwa meskipun ekonomi masih dalam kondisi baik, tanda-tanda tekanan mulai muncul dalam sektor konsumsi yang mana akan mempengaruhi risiko terhadap inflasi.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait:
Advertisement