Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Perang Dagang Memanas, Bursa Asia Dibayangi Kejutan Aturan Tarif Baru dari China

Perang Dagang Memanas, Bursa Asia Dibayangi Kejutan Aturan Tarif Baru dari China Kredit Foto: Reuters
Warta Ekonomi, Jakarta -

Bursa Asia berada dalam fase tertekan dalam perdagangan terakhir untuk pekan lalu di Jumat (7/3). Pasar diancam ketidakpastian menyusul ancaman kebijakan tarif yang semakin sulit untuk diprediksi oleh pasar global.

Dilansir dari CNBC International, Senin (10/3), berikut ini adalah catatan pergerakan indeks utama dari Bursa Asia. Hampir semua indeks mencatatkan koreksi yang signifikan:

  • Nikkei 225 (Jepang): Anjlok 2,17% ke 36.887,17.
  • Topix (Jepang): Turun 1,56% ke 2.708,59.
  • Hang Seng (Hong Kong): Turun 0,57% ke 24.231,3.
  • CSI 300 (China): Melemah 0,31% ke 3.944,01.
  • Shanghai Composite (China): Turun 0,25% ke 3.372,55
  • Kospi (Korea Selatan): Melemah 0,49% ke 2.563,48.
  • Kosdaq (Korea Selatan): Turun 0,98% ke 727,70.

Dari China, pasar menyoroti data ekspor terbaru yang  menunjukkan pertumbuhan hanya 2,3% di Januari-Februari 2025. Angka tersebut jauh di bawah ekspektasi pasar yang mencapai 5%.

China di sisi lain juga berpotensi membuat perekonomian global semakin bergejolak dengan keputusannya untuk menerapkan tarif impor terhadap produk pertanian dan pangan asal Kanada.

Beijing baru-baru ini mengumumkan akan mengenakan tarif 100% terhadap rapeseed oil, oil cake, dan kacang polong serta tarif 25% pada produk perikanan dan daging babi dari Kanada. Tarif ini sendiri akan mulai berlaku pada 20 Maret 2025.

Dari Amerika Serikat, pasar menyoroti tarik-ulur kebijakan tarif menyusul penangguhan aturan tersebut terhadap sejumlah komoditas yang termaktub dalam perjanjian dagang dari Amerika Serikat-Meksiko-Kanada (USMCA).

Bukannya memberikan ketenangan, langkah tersebut justru membuat pasar bimbang karena ketidakpastian maupun tak adanya ketegasan soal kebijakan tarif dari Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.

Adapun Trump baru-baru ini kembali memicu ketidakpastian dengan mengatakan bahwa ekonomi negaranya tengah berada dalam masa transisi menuju lebih baik.

Dirinya tak ingin berspekulasi terkait dengan kemungkinan terjadinya resesi maupun perlambatan pertumbuhan ekonomi akibat kebijakan tarif dari Amerika Serikat.

Baca Juga: Satu-satunya Alasan Trump Akan Mencabut Tarif untuk Meksiko, Kanada, dan China

Sementara Menteri Perdagangan Amerika Serikat, Howard Lutnick menegaskan bahwa pihaknya tak akan mundur dari penerapan kebijakan tarif sebelum adanya penangangan serius soal peredaran fentanyl dari Meksiko, Kanada, dan China.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Aldi Ginastiar

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: