Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Harga Minyak Anjlok Saat Trump-Putin Bahas Gencatan Senjata di Ukraina

Harga Minyak Anjlok Saat Trump-Putin Bahas Gencatan Senjata di Ukraina Kredit Foto: Reuters/Dado Ruvic
Warta Ekonomi, Jakarta -

Harga minyak mentah dunia turun dalam perdagangan di Selasa (18/3). Pasar menyoroti perkembangan geopolitik, salah satunya adalah wacana damai dari Rusia-Ukraina.

Dilansir dari Reuters, Rabu (19/3), Brent Crude turun 0,7% menjadi US$70,56. Sementara West Texas Intermediate (WTI) Crude turun 1,0% menjadi US$66,90.

Baca Juga: Kepala BPH Migas Sebut Komsumsi Pertalite dan Pertamax Meningkat Di Atas 11% saat Idul Fitri

Direktur Energy Futures Mizuho, Bob Yawger mengatakan pasar tengah menyoroti perkembangan sejumlah konflik yang terjadi secara global, yang mana dapat mempengaruhi permintaan dan produksi dari minyak.

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin baru-baru ini membahas langkah-langkah untuk mengakhiri perang di Ukraina. Kesepakatan ini dapat membuka kemungkinan pelonggaran sanksi terhadap ekspor bahan bakar Rusia.

Putin menyetujui usulan untuk menghentikan serangan terhadap infrastruktur energi selama 30 hari. Namun, beberapa analis memperkirakan bahwa meskipun kesepakatan gencatan senjata tercapai, butuh waktu lama sebelum ekspor energi meningkat secara signifikan dari Rusia.

Trump juga baru-baru ini berjanji akan terus melakukan serangan yang besar terhadap kelompok dari Houthi di Yaman.

"Jika Houthi atau Amerika Serikat menyerang produsen minyak lainnya, pasokan minyak global bisa turun," kata Bob Yawger.

Di Palestina, Israel mengakhiri kebuntuan perpanjangan gencatan senjata melalui serangan udara yang menewaskan lebih dari 400 orang di Gaza.

Baca Juga: Ekspor RI Tembus US$ 21,98 Miliar di Februari 2025, Sektor Non-Migas Jadi Penopang!

Adapun pasar juga menantikan data stok minyak yang dimiliki oleh Amerika Serikat. Analis memperkirakan persediaan minyak negara tersebut akan bertambah sekitar 0,9 juta barel di Maret 2025.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Aldi Ginastiar

Advertisement

Bagikan Artikel: