Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Prodi Ilmu Komunikasi UNS Gandeng NEXUS dalam Kuliah Umum Strategi Komunikasi Krisis

Prodi Ilmu Komunikasi UNS Gandeng NEXUS dalam Kuliah Umum Strategi Komunikasi Krisis Kredit Foto: Ist
Warta Ekonomi, Jakarta -

Di era ketidakpastian, strategi komunikasi krisis menjadi kunci dalam mengelola isu dan menjaga reputasi.

Menyadari hal ini, Prodi Ilmu Komunikasi FISIP UNS mengundang Dr. Firsan Nova, CEO NEXUS Risk Mitigation & Strategic Communication, dalam kuliah umum bertajuk "Strategi Komunikasi Krisis: Peran & Tantangan Ilmu Komunikasi di Masa Ketidakpastian".

Acara ini bertujuan membekali mahasiswa dengan wawasan praktis dalam menghadapi krisis secara proaktif.

Ketua Program Studi Sarjana Ilmu Komunikasi, Universitas Sebelas Maret, Eka Nada Shofa Alkhajar mengungkapkan bahwa Dalam dunia yang penuh ketidakpastian, pemahaman mendalam tentang strategi komunikasi krisis menjadi sangat penting.

"Punya kesempatan istimewa untuk belajar langsung dari pakar adalah pengalaman berharga bagi mahasiswa. Kuliah umum ini bukan hanya tentang teori, tetapi juga bagaimana menghadapi tantangan nyata dengan pendekatan yang strategis dan proaktif." ujar Eka dalam sambutannya pada Kamis (20/4/25).

CEO NEXUS Risk Mitigation & Strategic Communication, Firsan Nova, dalam pemaparannya, menekankan bahwa komunikasi krisis bukan sekadar merespons peristiwa, tetapi tentang bagaimana mengelola persepsi dan membangun narasi yang tepat sejak dini.

"Fakta bukan sekadar apa yang terjadi, tetapi apa yang diberitakan dan dipercayai oleh masyarakat. Oleh karena itu, investasi dalam narasi dan relasi menjadi kunci utama dalam manajemen krisis yang efektif," ujar Firsan dalam penjelasannya di Ilmu Komunikasi UNS.

Firsan juga menambahkan bahwa pendekatan proaktif dalam komunikasi krisis sangat diperlukan untuk mengurangi kesenjangan antara realitas dan persepsi publik.

"Krisis tidak hanya diukur dari seberapa besar skalanya, tetapi dari dampaknya. Itulah mengapa penting untuk memiliki sense of crisis yang tajam dan memahami bahwa ekspektasi bukanlah strategi utama. Hal terpenting adalah bagaimana kita mengelola isu sebelum berkembang menjadi krisis," jelasnya.

Lebih lanjut, Firsan menjelaskan bahwa dalam menghadapi krisis, ada tiga fase penting yang harus diperhatikan: issue taker, balancing narratives, dan issue leadership. Menurutnya, organisasi yang hanya menjadi issue taker cenderung reaktif dan berisiko kehilangan kendali atas narasi yang berkembang.

"Untuk bisa mengelola krisis dengan baik, kita harus mampu menyeimbangkan narasi yang beredar dan pada akhirnya menjadi pemimpin dalam isu tersebut. Hal ini bisa dicapai dengan strategi komunikasi yang solid, didukung oleh pemahaman konteks dan kepentingan publik," ungkapnya.

Selain itu, Firsan menekankan pentingnya issue and risk management sebelum krisis terjadi. Ia mengingatkan bahwa krisis yang tidak dikelola dengan baik bisa berdampak luas, bahkan kecilnya sebuah isu bisa memicu dampak / butterfly effect yang memperburuk keadaan.

"Kita tidak bisa hanya fokus pada ukuran krisis, tetapi harus melihat dampaknya. Krisis yang tampak kecil bisa saja memiliki konsekuensi besar jika tidak ditangani dengan strategi yang tepat," tambahnya. 

Kuliah umum ini diikuti dengan antusias oleh mahasiswa Ilmu Komunikasi UNS, yang aktif mengajukan pertanyaan dan berdiskusi mengenai berbagai tantangan komunikasi krisis di dunia nyata.

Acara ini menjadi momentum penting bagi mahasiswa untuk memahami bahwa dalam manajemen krisis, strategi komunikasi yang cepat, akurat, dan proaktif adalah kunci dalam menjaga reputasi dan kepercayaan publik.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Advertisement

Bagikan Artikel: