Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bursa Asia Bergejolak, Data Ekonomi Baru Jadi Fokus Investor

Bursa Asia Bergejolak, Data Ekonomi Baru Jadi Fokus Investor Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Bursa Asia bergerak dengan hasil yang variatif dalam penutupan perdagangan di Jumat (21/3). Pasar nampaknya masih waspada terhadap menguatnya ketidakpastian ekonomi jelang penerapan kebijakan tarif dari Amerika Serikat (AS).

Dilansir dari CNBC International, Senin (24/3), berikut ini adalah catatan pergerakan sejumlah indeks utama dari Bursa Asia. Beberapa indeks mencatatkan penguatan yang cukup signifikan:

  • Hang Seng (Hong Kong): Turun 2,19% menjadi 23.689,72.
  • CSI 300 (China): Melemah 1,52% ke level 3.914,7.
  • Shanghai Composite (China): Melemah 1,29% ke 3.364,83.
  • Nikkei 225 (Jepang): Terkoreksi 0,2% menjadi 37.677,06.
  • Topix (Jepang): Naik 0,29% ke 2.804,16.
  • Kospi (Korea Selatan): Naik 0,23% menjadi 2.643,13.
  • Kosdaq (Korea Selatan): Melemah 0,79% ke 719,41.

Dari Jepang, investor menyoroti data inflasi utama negara tersebut yang secara tahunan naik 3,7% di Februari 2025. 

Dari China, pasar mempertanyakan strategi pemerintah dalam meningkatkan konsumsi serta menstabilkan pasar properti dan ekuitas. Belum adanya kejelasan terkait progress hal tersebut mendorong investor untuk menjauh dari aset yang lebih berisiko seperti Bursa China.

Dari Amerika Serikat (AS), pasar menyoroti data perekonomian terbaru jelang penerapan kebijakan tarif balasan dari Presiden Amerika Serikat, Donald Trump di 2 April 2025.

Data Initial Jobless Claims baru-baru ini tercatat mengalami kenaikan dari sebelumnya 220.000 menjadi 223.000. Serupa, Continuing Claims juga mengalami kenaikan dari sebelumnya 1.870.000 menjadi 1.892.000.

Baca Juga: Nutanix Tunjuk Jay Tuseth Pimpin Asia Pasifik dan Jepang

Federal Reserve (The Fed) juga menjadi sorotan menyusul penegasan mereka yang tidak terburu-buru untuk memangkas suku bunga lebih lanjut sembari menyoroti gejolak risiko terhadap pertumbuhan, lapangan kerja, dan inflasi akibat kebijakan tarif.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Aldi Ginastiar

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: