Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Peluang Besar! Pasar Hidrogen Hijau ASEAN Diprediksi Capai US$51 Miliar pada 2030

Peluang Besar! Pasar Hidrogen Hijau ASEAN Diprediksi Capai US$51 Miliar pada 2030 Kredit Foto: IESR
Warta Ekonomi, Jakarta -

Institute for Essential Services Reform (IESR) mendorong agar Indonesia dapat meningkatkan produksi dan penciptaan pasar hidrogen hijau. Hal ini dinilai penting, karena menjadi salah satu katalisator dalam mencapai Net Zero Emission (NZE) di tahun 2060 atau lebih cepat. 

Direktur Eksekutif IESR, Fabby Tumiwa menjelaskan bahwa utilisasi hidrogen hijau sebagai sumber energi membutuhkan intervensi pemerintah khususnya dalam menekan biaya produksi. Saat ini biaya produksi hidrogen hijau berkisar antara US$3,8-12 per kg, sekitar empat kali lebih mahal dibandingkan hidrogen abu-abu dari gas alam. 

Baca Juga: Investasi Hidrogen Terhambat! Regulasi Jadi Masalah Utama

“Pemerintah diharapkan menetapkan target pengembangan hidrogen hijau dalam lima tahun mendatang dengan sasaran peningkatan produksi dan penciptaan pasar, serta target menurunkan biaya produksi hidrogen hijau di bawah US$2 per kg. Pencapaiannya harus didukung oleh kerangka kebijakan dan insentif fiskal dan finansial untuk produksi dan pengguna hidrogen hijau,” ujar Fabby, Kamis (27/03/2025).

Menurut Fabby, ada tiga faktor yang akan meningkatkan daya saing hidrogen hijau. Pertama, teknologi produksinya semakin matang. Pembangkit surya dan angin yang semakin murah harga listriknya, serta teknologi elektrolisis, sehingga menurunkan harga hidrogen hijau.

Kedua, investasi global untuk hidrogen hijau terus meningkat. Pada 2020, secara global, sekitar 102 proyek hidrogen bersih mencapai keputusan investasi final, dengan nilai sekitar US$10 miliar. Pada 2024, investasi meningkat menjadi 434 proyek dengan nilai US$75 miliar.

Ketiga, hidrogen hijau memberikan manfaat ekonomi, seperti penciptaan lapangan kerja dan meningkatkan ketahanan energi. Selain dapat menggantikan gas dan batu bara sebagai sumber energi hidrogen juga berpotensi menjadi komoditas ekspor dan berkontribusi pada devisa negara.

Baca Juga: IEEFA Nilai Proyek DME Tidak Layak Secara Finansial, Profitabilitas Diragukan

Seiring dengan ambisi penurunan emisi untuk mempertahankan kenaikan suhu bumi di 1,5 derajat Celsius, permintaan hidrogen diiproyeksi akan meningkat tajam kedepan. Permintaanya pun berasal dari sektor yang lebih beragam, termasuk teknologi baru di industri baja, bahan bakar penerbangan dan laut, pembangkitan listrik, serta transportasi darat.

Bahkan, Fabby menjelaskan berdasarkan data Deloitte, pasar ekspor hidrogen di Asia Tenggara diperkirakan akan mencapai US$51 miliar pada 2030, US$79 miliar pada 2040 dan US$141 miliar pada 2050.

IESR meyakini bahwa dengan potensi energi terbarukan Indonesia yang mencapai lebih dari 3.686 GW dan target mencapai dekarbonisasi pada 2050, pengembangan hidrogen hijau dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan rendah emisi.

Berdasarkan kajian terbaru IESR, potensi proyek energi terbarukan yang dapat dikembangkan dan layak secara finansial sebesar 333 GW. Potensi proyek pembangkit energi terbarukan layak yang tersebar di seluruh Indonesia dapat dimanfaatkan untuk memproduksi hidrogen hijau jika listriknya tidak dapat diserap oleh PLN.  

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
Editor: Annisa Nurfitri

Advertisement

Bagikan Artikel: