Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kekosongan Diplomasi di Tengah Tekanan Tarif AS Dapat Lemahkan Posisi Tawar Indonesia

Kekosongan Diplomasi di Tengah Tekanan Tarif AS Dapat Lemahkan Posisi Tawar Indonesia Kredit Foto: Antara/REUTERS/Carlos Barria
Warta Ekonomi, Jakarta -

Andry Satrio Nugroho, Kepala Pusat Industri, Perdagangan dan Investasi, INDEF menegaskan bahwa kebijakan tarif tambahan sebesar 32 persen dari Amerika Serikat terhadap produk Indonesia adalah ancaman serius yang tidak boleh diabaikan.

Menurutnya, alasan yang digunakan AS, bahwa Indonesia mengenakan tarif hingga 64 persen terhadap produk mereka, sangat menyesatkan karena dihitung dengan membagi defisit perdagangan dengan total ekspor, bukan berdasarkan tarif sebenarnya.

“Metode ini cacat, tapi dijadikan alasan untuk menekan kita secara sepihak. Ini bentuk proteksionisme terang-terangan yang merugikan Indonesia,” ujar Andry.

Tarif ini langsung menghantam sektor ekspor utama Indonesia. “Tekstil, pakaian, dan alas kaki menyumbang 27,5 persen dari total ekspor kita ke AS. Ini belum termasuk kelapa sawit serta karet yang juga menjadi komoditas strategis Indonesia,” ungkapnya.

Andry mengingatkan bahwa dampaknya bukan hanya pada perdagangan, tetapi juga terhadap jutaan tenaga kerja. “Dalam tiga tahun terakhir, sudah lebih dari 30 pabrik di sektor tekstil dan turunannya tutup. Jika pemerintah terus diam, kita bukan hanya kehilangan pasar utama, tapi juga akan muncul badai PHK lanjutan yang jauh lebih besar,” tegasnya.

Baca Juga: Tarif Resiprokal Ancam Ekspor Otomotif dan Elektronik RI ke AS, Bisa PHK Massal

Selain itu ia menyampaikan kritik terhadap kekosongan posisi Duta Besar RI untuk AS yang telah terjadi sejak Juli 2023. “Sudah hampir dua tahun kita tidak punya wakil di Washington, padahal AS mitra dagang kedua terbesar kita. Ini bukan sekadar kelalaian, tapi pengabaian terhadap kepentingan nasional,” kata Andry.

Ia menekankan bahwa jabatan Duta Besar di AS bukan tempat kompromi politik. “Kita butuh sosok yang paham diplomasi ekonomi dan berpengalaman dalam lobi dagang. Ini bukan posisi simbolik—ini garis depan pertahanan perdagangan Indonesia,” tegasnya.

Andry mendesak Presiden Prabowo agar segera menunjuk Duta Besar yang punya rekam jejak kuat di bidang perdagangan dan investasi. “Setiap hari tanpa perwakilan di AS adalah hari di mana posisi tawar kita melemah. Kita kehilangan momentum, kehilangan peluang, dan kehilangan kendali,” tutupnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Amry Nur Hidayat

Advertisement

Bagikan Artikel: