Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

MPR Dorong Indonesia Hadapi Tarif Trump: TKDN Jangan Dilonggarkan!

MPR Dorong Indonesia Hadapi Tarif Trump: TKDN Jangan Dilonggarkan! Kredit Foto: Antara/Arnas Padda
Warta Ekonomi, Jakarta -

Di tengah makin panasnya tensi perdagangan global, kebijakan tariff resiprokal Amerika Serikat (AS) di bawah Presiden Donald Trump justru dinilai menjadi peluang strategis bagi Indonesia. Hal tersebut diungkapkan oleh Wakil Ketua MPR RI, Eddy Soeparno, menyebut jika kebijakan tersebut bisa menjadi momentum penting untuk menyuntik tenaga baru ke industri nasional.

Alih-alih gentar, Eddy mengajak pemerintah untuk tetap kokoh mempertahankan kebijakan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) yang selama ini menjadi motor penggerak industri lokal. 

Baca Juga: Temui Donald Trump, Netanyahu Mau Bahas Tarif hingga Perlawanan ke ICC

“TKDN bukan proteksionisme. Ini adalah strategi membangun industri dalam negeri agar kita tak dibanjiri produk asing,” ujarnya dalam keterangan resmi, Minggu (6/4/2025).

Eddy menanggapi kekhawatiran sebagian pengusaha perihal kemungkinan pelonggaran aturan TKDN demi meredam tekanan dagang dari negeri Paman Sam tersebut. Dia mengatakan bahwa langkah semacam itu hanya akan membuka celah bagi negara mitra lain untuk menuntut perlakuan serupa.

“Begitu kita beri kelonggaran, semua akan antre minta hal yang sama,” tutur Eddy.

Eddy yakin bahwa diplomasi Indonesia sudah cukup tangguh untuk menjelaskan posisi TKDN dalam forum internasional. Dia pun mendukung penuh arah kebijakan Presiden Prabowo Subianto yang menitikberatkan pada penguatan daya saing lokal, diversifikasi pasar ekspor, dan perluasan kerja sama ekonomi multilateral—termasuk dengan ASEAN, BRICS, dan OECD.

“Strategi Presiden Prabowo sudah tepat. Kita tidak bisa hanya mengandalkan pasar lama. Kita perlu membuka pintu baru dan memperluas jejaring ekspor, sembari meningkatkan kualitas produk dalam negeri,” kata Eddy.

Lebih lanjut, dia juga tetap menekankan pentingnya menjaga fokus pada agenda hilirisasi dan industrialisasi, terutama untuk komoditas unggulan seperti mineral. 

“Jangan cuma ekspor bahan mentah. Kita harus bisa hasilkan produk akhir, baterai, solar panel, kawat tembaga, bahkan perabot aluminium. Itu baru namanya naik kelas,” ucap dia.

Ke depannya, imbuh Eddy, pertumbuhan ekonomi Indonesia harus bertumpu pada ekspansi industri dan investasi berbasis nilai tambah, bukan pada ekspor bahan baku semata.

Baca Juga: Setelah Kantongi 20 Sertifikat TKDN, Apple Harus Lakukan Ini untuk Dapatkan IMEI

“Tarif balasan dari AS seharusnya bukan jadi ancaman, tapi jadi tamparan yang menyadarkan kita: saatnya bangkit dan mandiri lewat industri sendiri,” pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Aldi Ginastiar

Advertisement

Bagikan Artikel: