Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

LPS: Reaksi Market Berlebihan, Saatnya Beli Saham

LPS: Reaksi Market Berlebihan, Saatnya Beli Saham Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa menyebut saat ini adalah yang tepat untuk terjun beli saham. Menurut dia kondisi fundamental yang ekonomi Indonesia baik dan reaksi pasar berlebihan merespons tarif baru AS.

Purbaya memaparkan sejumlah indikator positif terkait kondisi perekonomian nasional. Salah satunya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saat ini yang tidak mencerminkan fundamental ekonomi yang kuat.

"Jadi kalau suka main saham, sekarang good time to buy," ujar Purbaya dalam paparannya di Sarasehan Ekonomi di Menara Mandiri, Jakarta, Selasa (8/4).

Purbaya menyebut kondisi IHSG yang kini saat ini hanya overreacting atau reaksi yang berlebihan semata.

Purbaya menyebut Leading Economic Index yang disusun pihaknya menunjukkan bahwa arah pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini justru menguat. Hal itu ditambah survei kepercayaan publik terhadap pemerintah tercermin dari Indeks Kepercayaan Kepada Pemerintah (IKKP) yang berada di level tinggi.

Optimisme tersebut ditambah dengan kredit investasi yang tumbuh sebesar 14,62%. Rapor ini, kata dia, menunjukkan bahwa perekonomian nasional sedang dalam fase ekspansi.

Baca Juga: Presiden Prabowo Sebut Banyak Negara Cemas Imbas Tarif Resiproka AS

"Kebijakan tarif AS justru meningkatkan daya saing produk Indonesia, karena pesaing utama dikenai tarif lebih tinggi," ujar dia.

Terkait dengan Leading Economy Index, Purbaya menjelaskan bahwa itu adalah indeks yang menggambarkan arah ekonomi 6-12 bulan ke depan. Dari paparannya tersebut, Purbaya memprediksi sepanjang Maret depan sampai tahun depan, ekonomi RI akan terus ekspansi. 

Dia pun mengatakan situasi yang terjadi saat ini berbeda dengan krisis yang terjadi pada 1998. 

"Jadi pandangan orang di luar bahwa kita mau 1998 lagi itu salah kaprah dan mereka tidak mengerti data seperti apa," tegasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Amry Nur Hidayat

Advertisement

Bagikan Artikel: