Kredit Foto: Istimewa
Harga emas terus melesat dan mencetak rekor demi rekor dalam beberapa waktu terakhir. Kini, logam mulia diperdagangkan di kisaran $3.200. Sepanjang tahun ini, harga emas pun sudah naik lebih dari $400. Kenaikan ini dipicu oleh melonjaknya permintaan aset safe haven di tengah ketegangan hubungan Amerika Serikat dan Tiongkok.
Melansir Financial Express, setidaknya ada tiga faktor utama yang menjadikan emas menjadi buruan investor belakangan ini, yaitu kehancuran pasar obligasi, tekanan terhadap The Fed AS untuk menurunkan suku bunga, hingga merosotnya nilai dolar AS.
Kondisi pasar obligasi AS menjadi sorotan besar. Selama ini, obligasi pemerintah AS dianggap sebagai pelabuhan paling aman bagi dana investor karena dijamin oleh kekuatan negara. Tapi kepercayaan itu mulai terkikis. Awalnya karena Trump yang bersikeras menetapkan tarif perdagangan sejak 9 April, satu hari setelah pasar obligasi terguncang hebat.
Baca Juga: Transaksi Bank Emas Tembus Rp1 Triliun, OJK Buka Peluang 17 Bank untuk Ajukan Izin Usaha
Hari itu, tekanan jual menghantam pasar obligasi AS, membuat harganya anjlok dan imbal hasil obligasi 10 tahun melonjak hingga hampir 4,5%, tertinggi dalam enam minggu. Keadaan mulai mereda setelah Trump mengumumkan moratorium tarif selama 90 hari, kecuali untuk China.
Dengan kondisi obligasi yang tampak tidak lagi seaman dulu, investor pun melirik emas sebagai perlindungan baru. Di sisi lain, tekanan juga datang dari pasar valuta asing. Dolar AS tengah berada dalam posisi lemah.
Kebijakan proteksionis Trump membuat banyak investor global membuang aset-aset berdenominasi dolar, termasuk saham dan obligasi. Akibatnya, Indeks Dolar AS merosot tajam dalam tiga bulan terakhir, dari 109 ke bawah 100, level terendah dalam tiga tahun terakhir.
Menurut Model Atribusi Pengembalian Emas milik Dewan Emas Dunia, penguatan Euro dan melemahnya dolar AS menjadi dua dari sekian pendorong utama mengapa emas kian bersinar.
Baca Juga: Tertinggi Sepanjang Masa, Harga Emas Antam Kembali Meroket Tembus Rp1.904.000 per Gram
Apalagi, bank sentral Tiongkok turut ambil bagian dengan meminta pemberi pinjaman besar memangkas pembelian dolar. Hal ini makin memperlemah dominasi dolar dalam perdagangan internasional, menjadikan emas pilihan yang jauh lebih menarik.
Emas juga mendapatkan momentum dari kondisi ekonomi domestik AS, terutama dari sisi suku bunga. Inflasi AS yang cenderung menurun menambah keyakinan bahwa The Fed akan memangkas suku bunga. Data CPI AS untuk bulan Maret tercatat lebih rendah dari perkiraan, menambah tekanan terhadap The Fed untuk melonggarkan kebijakan moneternya.
Meskipun kepala The Fed, Jerome Powell, menegaskan bahwa keputusan pemangkasan suku bunga akan tetap berbasis data, pasar sudah lebih dulu berspekulasi. Proyeksinya, suku bunga akan turun 50-100 bps pada paruh kedua 2025.
Bagi pasar emas, ini ibarat pupuk di tanah subur karena harga bisa terus melesat. Meski begitu, jika inflasi akibat tarif naik kembali, euforia tersebut bisa cepat berubah jadi kekhawatiran.
Baca Juga: Rela Antri Panjang! Masyarakat Buru Emas 1–10 Gram di Pameran Emas Antam
Dari sisi investasi, emas tak pernah kehilangan pesonanya. Selain individu dan bank sentral, dana besar seperti ETF emas juga menunjukkan lonjakan minat yang signifikan. Laporan dari World Gold Council menyebutkan bahwa ETF yang didukung emas mencatat arus masuk kuartalan tertinggi dalam tiga tahun terakhir (hingga Maret).
Namun, jika harus menyebut satu alasan utama di balik segala dinamika ini, jawabannya ada pada satu nama, yaitu Trump dan lebih spesifiknya, perang dagang AS-Tiongkok. Semua efek domino bermula dari sana.
Trump tak main-main dengan tarif. Dia telah memperingatkan negara-negara lain untuk tidak membalas jika ingin tetap “dapat hadiah.” Tapi China memilih jalur perlawanan. Negeri Tirai Bambu menaikkan tarif atas barang-barang asal AS hingga 84%.
Hal itu kemudian dibalas Trump dengan tarif baru sebesar 145% terhadap impor dari China. Namun, pada hari Jumat, China kembali menaikkan bea masuk atas barang-barang Amerika, kali ini hingga 125%.
Dengan perang tarif yang tak menunjukkan tanda mereda, tak heran jika emas terus mencetak rekor. Dalam dunia yang makin tak pasti, investor memilih untuk berpegangan pada yang paling stabil dan terbukti tahan gejolak, yaitu emas.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Belinda Safitri
Editor: Belinda Safitri
Tag Terkait:
Advertisement