Cerita Kartini Muljadi, dari Hakim hingga Sukses Lewat Bodrex, Oskadon, dan Hemaviton

Kartini Muljadi adalah sosok inspiratif dibalik kesuksesan Tempo Scan Group. Perusahaan raksasa ini bergerak di berbagai sektor bisnis, mulai dari manufaktur dan pemasaran produk farmasi, nutrisi, produk konsumen dan kosmetik, hingga jasa distribusi, logistik, properti, dan layanan keuangan.
Berkat kepiawaiannya dalam membangun bisnis, Kartini Muljadi berhasil menorehkan namanya sebagai salah satu pengusaha wanita paling berpengaruh di Indonesia.
Kartini Muljadi, yang lahir dengan nama asli Pauline Fanny Kho pada 17 Mei 1930 di Kabupaten Roma Karanganyar (kini Kebumen), Karesidenan Kedu, Hindia Belanda, berasal dari keluarga dengan latar belakang budaya yang kaya. Ia adalah putri dari Budi Tjahono, yang berdarah Jawa-Tionghoa, dan Marianne Han, yang memiliki keturunan Belanda.
Ketika Pauline atau Kartini baru berusia sekitar 2,5 tahun, sang ibu meninggal dunia. Kehilangan ini membawa perubahan besar dalam keluarganya, hingga akhirnya sang ayah menikah lagi dengan seorang wanita keturunan Tionghoa.
Dari ibu sambungnya tersebutlah Pauline atau Kartini muda mendapatkan ilmu bisnis. Sementara itu, sang ayah juga membimbingnya dalam hal mengelola keuangan secara bijak.
Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, muncul dorongan bagi etnis Tionghoa untuk mengadopsi nama Indonesia. Sang ayah yang sebelumnya bernama Kho (Xu dalam bahasa Tiongkok) mengubah namanya menjadi Budi Tjahjono, sementara Pauline Fanny Kho memilih nama Kartini, yang kemudian menjadi nama melegenda.
Nama Muljadi ia sandang setelah menikah dengan suaminya, Djojo Muljadi (Liem Tjing Hien, 1915-1973), yang kelak mendukung perjalanan karier dan kesuksesannya di dunia hukum dan bisnis.
Ketika itu, Kartini adalah seorang gadis non-Belanda yang beruntung dapat menimba ilmu di sekolah Eropa. Ia mendapat kesempatan meraih cita-cita mulia sejak kecil, yaitu menjadi hakim untuk memperjuangkan keadilan.
Cita-cita Kartini tersebut mendapat dukungan penuh dari sang ayah, yang bekerja di Algemene Nederlandsch Indische Electriciteit Maatchappij atau saat ini menjadi kantor PLN.
Pengalaman pahit melihat perlakuan diskriminatif antara murid Belanda dan non-Belanda di bangku sekolah membuat Kartini bertekad untuk melawan ketidakadilan dan menjadi suara bagi kaum terpinggirkan.
Kartini pun melanjutkan pendidikannya di Surabaya, Yogyakarta, dan akhirnya di Universitas Indonesia (UI), dengan mengambil jurusan Hukum dan Ilmu Pengetahuan Kemasyarakatan. Meskipun telah memiliki dua anak, ia berhasil meraih gelar sarjana hukum pada tahun 1958.
Selama kuliah, Kartini aktif membantu masyarakat dengan memberikan layanan hukum gratis melalui perhimpunan Sosial Tjandra Naya. Ia kemudian melanjutkan studi Ilmu Kenotariatan di UI pada tahun 1967.
Setelah ia menyelesaikan studinya di UI, Kartini diangkat sebagai hakim di Pengadilan Negeri Istimewa Jakarta. Ia pun mulai menangani berbagai kasus pidana, perdata, dan kepailitan, serta dikenal sebagai hakim yang bersih dari korupsi.
Namun, setelah suaminya meninggal pada tahun 1973, Kartini memutuskan mundur dari profesi hakim karena merasa gaji sebagai PNS tidak cukup untuk menghidupi keluarganya.
Ibu empat anak ini kemudian beralih menjadi notaris di Jakarta dan mulai mengajar hukum acara perdata di beberapa fakultas hukum. Berkat dedikasi dan keahliannya, Kartini Muljadi menjadi notaris ternama yang menjadi rekomendasi perusahaan-perusahaan besar pada era 1970-an dan 1980-an.
Setelah pensiun dini sebagai notaris, pada 1990, Kartini Muljadi mendirikan firma hukum Kartini Muljadi & Rekan (KMR). Firma ini berkembang pesat melayani perusahaan nasional hingga multinasional.
Saat krisis ekonomi 1997/1998, Kartini berperan penting dalam pemulihan sektor perbankan. Ia bergabung dengan tim penasihat hukum Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN), memberikan pendapat hukum, serta memprakarsai Master Settlement dan Master Refinancing Agreement untuk menyelamatkan bank-bank bermasalah.
Berkat kesuksesan dalam bidang hukum, Kartini pernah masuk dalam daftar orang terkaya di Indonesia versi Forbes. Pada 2007, Kartini menempati peringkat ke-28 orang terkaya di Indonesia dengan kekayaan US$260 juta. Di tahun 2021, kekayaannya keluarga Kartini Muljadi mencapai US$695 juta atau setara Rp10 triliun dan tetap masuk dalam daftar 50 orang terkaya di Indonesia.
Sumber kekayaan Kartini Muljadi berasal dari jaringan perusahaan yang didirikan sejak tahun 1953, yaitu Tempo Scan Group, terutama dari PT Tempo Scan Pacific Tbk (TSPC) yang bergerak di sektor farmasi.
TSPC dikenal dengan merek-merek populer seperti obat dan suplemen Bodrex, Hemaviton, Oskadon, Zevit Grow, dan Vidoran. Selain itu, ada juga produk perawatan My Baby (perawatan bayi), Claudia (kosmetik), dan Total Care (perlengkapan mandi).
Saat ini, TSPC dikendalikan oleh keluarga Muljadi melalui PT Bogamulia Nagadi dengan kepemilikan saham sebesar 81,59%.
Baca Juga: Cerita Eka Tjipta Widjaja Memulai Produksi Minyak Goreng Bimoli, Sebelum Kini Milik Salim Group
Selain TSPC, berbagai perusahaan yang tergabung di dalam Tempo Scan Group adalah:
- PT Tempo Scan Pacific Tbk
- PT Tempo Rx Farma
- PT Tempo Scan Maioni (TSM)
- PT Scanchemie
- PT Pritho (PTO)
- PT Tempo Kereta Mas (TKM)
- PT Global Eramas (GEM)
- International Beauty Products Ltd. (IBP)
- RT Beauty Care Ltd. (RTB)
- Tempo Scan Pacific Malaysia Sdn. Bhd. (TSPM)
- PT Perusahaan Dagang Tempo
- PT Barclay Products
- PT Pulau Mahoni
- PT Polari Limunusainti
- PT Supra Ferbindo Farma
- PT Tempo Natural Products
- PT Kian Mulia Manunggal
- PT Tempo Land
- PT Tempo Data System
- PT Tempo Promosi
Baca Juga: Perkebunan Sawit di Lahan Gambut Merupakan Bagian dari Restorasi Lahan Gambut yang Berkelanjutan
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait:
Advertisement