Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Trump Ngamuk! China Kini Kena Tarif Hingga 245%

Trump Ngamuk! China Kini Kena Tarif Hingga 245% Kredit Foto: Antara/REUTERS/Carlos Barria
Warta Ekonomi, Jakarta -

Presiden Donald J. Trump kembali memanaskan tensi perdagangan global. Melalui Perintah Eksekutif terbaru, Gedung Putih menyatakan akan memberlakukan tarif hingga 245% terhadap impor dari China. Kebijakan ini menyusul langkah China yang membatasi ekspor mineral penting ke Amerika Serikat, yang dinilai mengancam stabilitas ekonomi dan keamanan nasional.

Berdasarkan lmebar fakta yang dipublikasikan Gedung Putih, pemerintah AS memulai investigasi menyeluruh terhadap ketergantungan Amerika pada mineral kritis olahan dan produk turunannya—bahan baku strategis yang sangat diperlukan di sektor pertahanan, teknologi, hingga infrastruktur.

Perintah Eksekutif tersebut menginstruksikan Departemen Perdagangan untuk mengaktifkan penyelidikan di bawah Section 232 dari Trade Expansion Act 1962. Investigasi ini akan menilai dampak ketergantungan impor mineral terhadap ketahanan nasional, termasuk potensi gangguan rantai pasok dan manipulasi pasar oleh negara asing.

Baca Juga: Saat Trump Tantrum, Indonesia Makin Mesra dengan Rusia

“Hasil investigasi nantinya akan menentukan apakah diperlukan tindakan perdagangan seperti tarif atau pembatasan impor, dengan tujuan memperkuat pasokan domestik dan mengurangi risiko keamanan,” tulis Gedung Putih. 

Kebijakan tarif ekstrem terhadap China muncul tak lama setelah pemerintah Beijing menghentikan ekspor gallium, germanium, antimon, serta enam jenis logam tanah jarang dan magnetnya—komponen kunci bagi sektor otomotif, semikonduktor, kedirgantaraan, dan kontraktor militer.

Dalam fact sheet-nya, Gedung Putih menyoroti bahwa negara-negara produsen mineral, termasuk China, kerap menggunakan dominasinya dalam rantai pasok sebagai alat tekanan ekonomi. Tindakan seperti pembatasan ekspor sepihak, overkapasitas, hingga manipulasi harga disebut menjadi strategi sistematis untuk memperlemah industri negara pesaing.

Sebagai respons terhadap tindakan balasan China, AS resmi membuka opsi tarif maksimal hingga 245% untuk produk impor tertentu dari China. Tarif ini akan menggantikan skema tarif timbal balik sebelumnya, dan diberlakukan secara selektif sesuai hasil evaluasi risiko nasional.

Baca Juga: Trump Kena Mental! Ekspor China Justru Ngebut Meski Tarif Tembus 145%

Langkah ini bukan yang pertama. Pemerintahan Trump sebelumnya juga telah menaikkan tarif baja dan aluminium ke 25%, menutup berbagai celah hukum, serta meluncurkan kebijakan dagang Fair and Reciprocal Trade Plan guna memulihkan keseimbangan dalam hubungan perdagangan internasional.

Dengan lebih dari 75 negara kini tengah berunding untuk menyesuaikan perjanjian dagang dengan AS, Gedung Putih menegaskan bahwa tarif terhadap China tetap berlaku karena Negeri Tirai Bambu dianggap tidak kooperatif dan melakukan aksi balasan.

Pemerintah AS juga tengah menyelidiki impor tembaga, kayu, dan produk turunannya, yang diduga turut mengancam keberlanjutan industri nasional.

Kebijakan tarif tinggi ini menjadi sinyal kuat bahwa AS bersiap menghadapi perang dagang babak baru, sekaligus mendorong kemandirian dalam sektor strategis yang selama ini sangat bergantung pada pasokan asing.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri

Advertisement

Bagikan Artikel: