Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pertumbuhan Ekonomi RI Melambat ke 4,87%, Ekonom: Bisa Lebih Mengkhawatirkan

Pertumbuhan Ekonomi RI Melambat ke 4,87%, Ekonom: Bisa Lebih Mengkhawatirkan Kredit Foto: Cita Auliana
Warta Ekonomi, Jakarta -

Direktur Eksekutif Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Yose Rizal Damuri, menyoroti melambatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2025 yang tercatat sebesar 4,87 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).

Menurutnya, faktor eksternal memainkan peran besar dalam melambatnya laju pertumbuhan ekonomi, meskipun momen Ramadan dan Lebaran turut memberikan kontribusi terhadap situasi ini.

“Lihat bahwa ini sebelum gunjang-ganjing yang ada di tingkatan eksternal, ya, tingkatan global. Dan itu juga sudah ditopang dengan Ramadan serta Lebaran. Tapi ternyata memang ada pelemahan seperti itu,” ujar Yose saat ditemui di Jakarta, Selasa (6/5/2025).

Yose mengingatkan, kondisi ekonomi Indonesia harus terus diperhatikan, mengingat potensi tekanan yang akan datang dari berbagai arah, terutama terkait dengan pergerakan ekspor yang terpengaruh oleh kebijakan tarif Presiden Trump.

Baca Juga: Menko Airlangga Ungkap Strategi Pemerintah Dorong Pertumbuhan Ekonomi Triwulan II-2025

“Jadi kelihatannya ke depan masih agak lebih mengkhawatirkan lagi. Karena kita melihat bahwa tentunya akan ada pengaruh dari ekspor kita. Ekspor kita bukan hanya ke Amerika Serikat, tetapi juga dengan pelemahan yang ada di tingkat global, harga-harga komoditas akan turun,” tutur Yose.

Ia menambahkan, kontribusi sektor komoditas terhadap penerimaan negara cukup besar. Jika kegiatan ekspor sektor ini terganggu, maka dampaknya akan sangat terasa pada pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depannya.

“Jadi memang perlu pegangan lebih erat lagi, lebih keras lagi. Permasalahannya di dalam ekonomi kita internal sendiri itu tidak terlalu kelihatan menjanjikan,” ujarnya.

Yose pun mengingatkan bahwa meskipun Indonesia dikenal cukup tangguh selama krisis global 2008 dan 2012, kini situasi telah berubah. Tekanan dari berbagai faktor, baik eksternal maupun domestik, dapat mengancam pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Baca Juga: BPS Beberkan Penyebab Ekonomi RI Tak Sentuh 5% di Kuartal I

Kondisi fiskal nasional yang belum stabil, termasuk belum adanya Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) karena adanya perubahan alokasi anggaran yang cukup signifikan, menjadi salah satu persoalan yang perlu diperhatikan.

Dari sisi moneter, Yose juga menyoroti melemahnya nilai tukar rupiah terhadap Dolar AS, meskipun nilai Dolar AS sendiri tengah melemah.

“Nah itu semua kan menjadikan risikonya menjadi lebih tinggi lagi, lebih sulit lagi. Sementara kondisi global semakin hari semakin tidak pasti,” tambahnya.

Yose menegaskan perlunya antisipasi pemerintah dalam menghadapi ketidakpastian global agar dampaknya terhadap ekonomi Indonesia tidak terlalu besar.

"Jangan hanya melihat bahwa kita tetap berada di atas negara-negara lain. Tetapi harus lebih siap menghadapi kondisi-kondisi yang semakin tidak menentu ke depan,” tegasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Cita Auliana
Editor: Annisa Nurfitri

Advertisement

Bagikan Artikel: