Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bitcoin Melesat ke USD$105 Ribu, Waspadai Profit Taking Menjelang Rilis Data Inflasi AS!

Bitcoin Melesat ke USD$105 Ribu, Waspadai Profit Taking Menjelang Rilis Data Inflasi AS! Kredit Foto: Kaspersky
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pasar kripto kembali bergelora awal pekan ini. Bitcoin (BTC) mencatat kenaikan signifikan sebesar 8,27% pada Senin (12/5/2025), sempat menyentuh level tertinggi dalam hampir empat bulan di kisaran $105.800 sebelum terkoreksi tipis ke $102.827.

Sementara itu, Ethereum (ETH) mencuri perhatian dengan lonjakan 35,86% sepanjang minggu terakhir, dipicu oleh keberhasilan Upgrade Pectra. ETH sempat menembus level $2.600 sebelum terkoreksi ke $2.465 pada pagi hari ini, Selasa (13/5), pukul 08:00 WIB.

Menurut Panji Yudha, Financial Expert Ajaib Kripto, penguatan ini terjadi seiring meredanya tensi perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok, yang memberikan ruang bagi reli aset berisiko.

“Ketegangan global yang mereda telah memberi ruang bagi aset kripto untuk reli dalam beberapa hari terakhir,” ujar Panji dalam keterangannya di Jakarta, Selasa (13/5/2025).

Baca Juga: Ditopang Pengumuman Trump Soal Negosiasi Dagang, Harga Bitcoin Terus Mencoba Tembus US$105.000

Namun Panji mengingatkan bahwa investor tetap perlu waspada terhadap aksi profit taking jangka pendek. Secara teknikal, momentum bullish Bitcoin diperkirakan berlanjut jika BTC mampu bertahan di atas moving average 20 hari (MA-20) di $97.645 dan support psikologis $100.000.

Dari sisi institusional, produk ETF spot Bitcoin di AS masih menunjukkan minat meski melambat. Selama 5–9 Mei, total aliran dana masuk ke ETF Bitcoin mencapai $599 juta, turun dari $1,81 miliar di pekan sebelumnya. Namun, angka ini tetap mencerminkan akumulasi yang stabil, dengan total arus masuk April sempat melonjak ke $3 miliar.

Pasar kini menanti rilis data Indeks Harga Konsumen (CPI) Amerika Serikat untuk April yang akan diumumkan pada hari ini (13/5). Proyeksi sementara menunjukkan penurunan tahunan menjadi 2,3%, yang jika sesuai ekspektasi, akan memperkuat pandangan bahwa inflasi mulai melandai—membuka peluang pelonggaran kebijakan moneter oleh Federal Reserve.

Sebaliknya, jika inflasi justru naik, Panji memperingatkan potensi penguatan dolar dan tekanan jual di pasar kripto.

Baca Juga: Kembali Serok Bitcoin, Metaplanet Serius Ingin Borong 10.000 BTC di 2025

“Penurunan inflasi berpotensi menjadi katalis bagi Bitcoin untuk melanjutkan tren naik. Namun jika CPI di atas ekspektasi, tekanan jual bisa kembali muncul,” jelasnya.

Meskipun Ketua The Fed Jerome Powell belum memberikan sinyal pasti soal pemangkasan suku bunga, pasar tetap mendapat dukungan dari sisi likuiditas. Cadangan Bitcoin di bursa mencapai level terendah dalam tujuh tahun, memperkuat narasi kelangkaan pasokan pasca halving.

“Dengan likuiditas tinggi dan pasokan BTC yang makin terbatas, ditambah potensi pemangkasan suku bunga, Bitcoin berpeluang mencetak harga tertinggi baru di atas $109.000 dalam beberapa pekan ke depan,” tutup Panji.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Cita Auliana
Editor: Annisa Nurfitri

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: