Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Perjalanan Kapal Api dari Kopi Para Pelaut Tanjung Perak hingga Sukses Mengembangkan Jaringan Kafe Excelso

Perjalanan Kapal Api dari Kopi Para Pelaut Tanjung Perak hingga Sukses Mengembangkan Jaringan Kafe Excelso Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kapal Api menjadi salah satu merek minuman kopi yang melekat di ingatan masyarakat Indonesia. Nama dan logo yang “tidak berhubungan dengan kopi” justru menjadikan merek ini mudah diingat. Namun, tak banyak yang tahu bahwa di balik kemasan merah dan hitam khasnya, ada sejarah panjang keluarga perantau yang membangun usaha dari bawah hingga mendunia.

Cerita Kapal Api bermula pada tahun 1927, ketika Go Soe Loet, seorang perantau Tionghoa dari Fujian, tiba di Surabaya dan menjual kopi bubuk buatannya. Bersama saudara-saudaranya, ia mendirikan pabrik kecil di kawasan Pabean dan mulai menjajakan kopi bermerek Hap Hoo Tjan dengan pikulan kayu dan sepeda ontel. 

Kala itu, Pelabuhan Tanjung Perak menjadi pusat dagang kopi Hap Hoo Tjan. Para pelaut adalah konsumen utama dan inspirasi bagi nama dan logo selanjutnya, “Kapal Api”.

Putra kedua Go Soe Loet, Soedomo Mergonoto, ikut merasakan kerasnya perjuangan sejak kecil. Ia membantu ayah dan pamannya menjual kopi di jalanan, belajar mengenal kopi dan seluk-beluk bisnisnya dari bawah. Ia sempat bekerja serabutan, dari tempat vulkanisir hingga menjadi kernet bemo.

Titik balik datang pada akhir 1970-an. Soedomo Mergonoto mengambil alih tongkat estafet keluarga dan mulai membangun usaha secara lebih modern. Pada 18 Mei 1979, ia mendirikan PT Santos Jaya Abadi sebagai rumah resmi bagi merek Kapal Api. 

Ia berani berinovasi dengan mengganti metode tradisional menjadi mesin pemanggang otomatis dan memperkenalkan pengemasan massal berskala industri. Strategi pemasaran pun diperkuat melalui media televisi, menggandeng aktor Srimulat, Paimo, yang kala itu tengah naik daun. Langkah ini menjadikan Kapal Api sebagai salah satu merek kopi paling dikenal di Indonesia.

Tak butuh waktu lama, keberhasilan Kapal Api menembus pasar internasional. Pada tahun 1985, kopi ini mulai diekspor ke Arab Saudi, disusul Hong Kong, Taiwan, dan Malaysia. Di dalam negeri, jaringan distribusinya terus meluas ke berbagai kota besar seperti Medan, Makassar, dan Pontianak.

Tahun 1986, pemerintah memberikan kepercayaan pada Kapal Api untuk mengelola perkebunan kopi di Gunung Kalosi, Sulawesi. Hal ini memperkuat posisi perusahaan dalam seluruh rantai produksi kopi, dari budidaya, pemanggangan, hingga distribusi. 

Baca Juga: Suksesnya Husain Djojonegoro, Penerus Orang Tua Group yang Pimpin ABC Sejak Usia 19 Tahun

Pada titik ini lahir berbagai lini produk di bawah payung PT Santos Jaya Abadi, seperti Good Day, ABC, Kopi Ya!, serta jaringan kafe modern Excelso yang bahkan muncul sebelum Starbucks masuk ke Indonesia.

Transformasi semakin kuat saat Kapal Api membentuk holding company bernama Kapal Api Global pada tahun 2008, yang kini menaungi tujuh unit usaha dan mempekerjakan lebih dari 14.000 karyawan. Produksi mereka telah didukung mesin roasting berkapasitas besar dan produk-produknya sudah hadir di lebih dari 68 negara termasuk Singapura, Australia, Inggris, dan Amerika Serikat.

Baca Juga: Perjalanan Martin Lorentzon Membangun Spotify yang Sukses Merevolusi Industri Musik

Kesuksesan Kapal Api tak hanya terlihat dari skala dan jangkauan bisnisnya. Perusahaan ini juga aktif menjalin kemitraan dengan petani kopi lokal lewat pelatihan dan bantuan teknis. Strategi ini tidak hanya menjaga kualitas biji kopi, tapi juga memperkuat ketahanan industri kopi nasional dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat tani.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Amry Nur Hidayat

Advertisement

Bagikan Artikel: