
International Energy Agency atau Badan Informasi Energi (EIA) mencatat stok minyak mentah Amerika Serikat mencatat penurunan terbesar dalam satu tahun terakhir. Dimana, berdasarkan data mingguan IEA stok minyak mentah turun 11,5 juta barel menjadi 420,9 juta barel pada pekan yang berakhir 13 Juni 2025.
Angka ini jauh di bawah proyeksi analis dalam jajak pendapat Reuters yang memperkirakan penurunan hanya sebesar 1,8 juta barel.
IEA mencatat, stok minyak mentah di pusat pengiriman Cushing, Oklahoma (USOICC=ECI), turun sebesar 995.000 barel.
Baca Juga: Konflik Iran-Israel Berpotensi Kerek Harga Minyak Dunia Hingga US$ 100 per Barel
Meski data menunjukkan penurunan signifikan, harga minyak berjangka tetap melemah. Minyak Brent turun US$1,20 ke level US$75,25 per barel pada pukul 10:54 waktu EDT (1454 GMT), sementara West Texas Intermediate (WTI) turun US$1,02 menjadi US$73,82 per barel.
Koreksi harga terjadi setelah Presiden AS Donald Trump mengeluarkan pernyataan terkait konflik Israel-Iran, menyebut bahwa Iran ingin kembali bernegosiasi, yang mengubah sentimen pasar menjelang publikasi data EIA.
Dari sisi perdagangan luar negeri, impor minyak mentah bersih AS turun sebesar 1,8 juta barel per hari (bph) menjadi 1,1 juta bph. Sementara itu, ekspor meningkat 1,1 juta bph menjadi 4,4 juta bph.
Presiden Lipow Oil Associates, Andy Lipow, memperkirakan volume pengiriman akan menurun dalam waktu dekat seiring penyempitan spread harga.
“Ekspor yang kita lihat dalam beberapa minggu terakhir kemungkinan besar sudah dipesan sekitar sebulan yang lalu,” ujar Lipow.
Di sisi hilir, pengolahan minyak mentah di kilang turun sebesar 364.000 bph, sementara tingkat utilisasi kilang turun 1,1 poin persentase menjadi 93,2% dari total kapasitas.
Baca Juga: Konflik Iran-Israel Picu Harga Minyak Dunia Naik 7%, Rupiah turut Melemah
Adapun stok bensin naik sebesar 209.000 barel menjadi 230 juta barel, lebih rendah dari estimasi kenaikan 627.000 barel. Pasokan produk bensin berdasarkan indikator permintaan domestik naik sebesar 129.000 bph menjadi 9,3 juta bph.
“Kami melihat peningkatan permintaan bensin seiring masuknya musim mengemudi musim panas. Ini seharusnya membantu menopang margin bensin di kilang selama beberapa minggu ke depan,” ujar Lipow.
Sementara itu, stok distilat termasuk solar dan minyak pemanas naik 514.000 barel menjadi 109,4 juta barel, sedikit di atas proyeksi 440.000 barel. Rata-rata pasokan produk selama empat minggu berada di level 20 juta bph, atau turun 0,3% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Djati Waluyo
Editor: Djati Waluyo
Tag Terkait:
Advertisement