Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Serangan AS ke Iran Bikin Pasar Kripto dan Saham Global Ikut Terguncang

Serangan AS ke Iran Bikin Pasar Kripto dan Saham Global Ikut Terguncang Kredit Foto: Freepik
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pasar keuangan global kembali terguncang pasca Amerika Serikat melancarkan serangan ke tiga fasilitas nuklir utama Iran. Konflik ini mendorong volatilitas di pasar saham AS, di mana indeks S&P 500 futures dan indeks utama lainnya mengalami tekanan, seiring investor mengkhawatirkan risiko eskalasi yang lebih luas serta potensi dampak terhadap pasokan minyak global.

Kekhawatiran ini diperkuat dengan melonjaknya harga minyak dan menguatnya dolar AS. Saham-saham sektor pertahanan dan energi cenderung mendapat perhatian lebih, sementara pasar obligasi menunjukkan pelebaran credit spread sebagai tanda peningkatan risiko. Di sisi lain, pasar kripto juga menunjukkan reaksi signifikan. Bitcoin sempat turun tajam di bawah $100.000 akibat meningkatnya kekhawatiran pasar terhadap serangan langsung AS tersebut.

Merespon kondisi tersebut, Fahmi Almuttaqin, Analyst Reku menilai secara umum, baik pasar saham AS maupun kripto bergerak defensif dan berpotensi menjadi lebih sensitif terhadap perkembangan terbaru di Timur Tengah di tengah potensi eskalasi konflik yang bisa berdampak lebih luas pada sentimen risiko global.

Baca Juga: Warga Eropa Malah Dukung Iran, Tuding NATO Biang Kerok Perang

Bitcoin pada hari ini terlihat mulai mengalami pemulihan dan diperdagangkan di kisaran $100.500–$101.400, dengan altcoin seperti ETH, XRP, dan SOL juga mulai pulih dari penurunan akhir pekan kemarin.

“Sementara itu, indeks saham AS masih cenderung bergerak datar dan harga emas naik tipis, menandakan pelaku pasar yang saat ini kembali mengambil sikap wait and see terhadap risiko geopolitik, pasca koreksi yang terjadi akhir pekan kemarin. Sementara itu harga minyak mentah tetap tinggi di sekitar $76 per barel setelah lonjakan hampir 4%, dipicu kekhawatiran potensi Iran memblokir Selat Hormuz,” jelas Fahmi yang dikutip di Jakarta, Senin (23/6/2025).

Investor juga mulai memantau kemungkinan aksi militer lanjutan AS ke Iran, meskipun probabilitasnya menurut pasar prediksi seperti Polymarket, sudah menurun dari puncak kekhawatiran pasca serangan awal. “Secara keseluruhan, baik pasar saham maupun kripto saat ini masih cenderung defensif namun mulai menemukan kembali keseimbangan baru setelah reaksi awal atas risiko geopolitik akhir pekan, sambil menunggu perkembangan lanjutan,” imbuhnya.

Yang dikhawatirkan investor terkait keterlibatan AS selain potensi eskalasi konflik ke ranah yang lebih luas, -mempertimbangkan hubungan Iran dengan Rusia dan Korea Utara-, adalah kembali meningkatnya inflasi yang sudah mulai melandai dalam beberapa bulanterakhir.

“Dengan masih berlangsungnya konflik Rusia-Ukraina yang juga menyerap anggaran militer AS, meluasnya konflik Iran-Israel berpotensi meningkatkan kebutuhan anggaran perang pemerintah AS. Di saat yang bersamaan, negosiasi dagang AS dengan China yang belum menemukan titik terang serta ancaman Trump untuk menaikkan tarif kepada negara-negara mitra dagangnya bulan depan semakin menimbulkan ketidakpastian bagi para investor terhadap outlook inflasi,” tambah Fahmi.

Mampu bertahannya Bitcoin di level harga yang ada saat ini di tengah segala sentimen negatif dan ketidakpastian tersebut mengindikasikan kekuatan pasar yang semakin solid, kondisi yang dapat mendukung berlanjutnya reli yang ada pada siklus ini.

Untuk mengoptimalkan potensi tersebut, investor pemula dapat mempertimbangkan strategi menabung rutin untuk mendapatkan harga rata-rata di tengah ketidakpastian yang ada saat ini. Dalam melakukan DCA, investor dapat mengoptimalkan fitur yang memudahkan berinvestasi ke aset kripto dan Saham AS potensial.

“Misalnya di fitur Packs di Reku, investor bisa berinvestasi pada berbagai crypto blue chip, aset crypto terkurasi di sektor AI dan memecoin, serta ETF Saham AS dengan performa terbaik dalam sekali swipe untuk memudahkan diversifikasi. Terlebih, fitur Packs yang dilengkapi dengan sistem Rebalancing akan membantu investor menyesuaikan alokasi investasinya sesuai dengan kondisi pasar secara otomatis. Dengan begitu, strategi DCA yang dilakukan dapat lebih mudah, praktis, dan optimal,” jelasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Fajar Sulaiman

Advertisement

Bagikan Artikel: