Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pengamat : BBM Subsidi Hingga MBG Bakal Terdampak Jika Selat Hormuz Ditutup

Pengamat : BBM Subsidi Hingga MBG Bakal Terdampak Jika Selat Hormuz Ditutup Kredit Foto: Google Earth
Warta Ekonomi, Jakarta -

Sejumlah pengamat menilai Indonesia akan terdampak signifikan jika Iran benar-benar memblokade Selat Hormuz, jalur vital distribusi energi global yang terletak di Teluk Persia.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Perusahaan Minyak dan Gas (Aspermigas), Elan Biantoro, mengatakan Indonesia akan menghadapi kondisi berat jika blokade terjadi, mengingat ketergantungan pada impor minyak, khususnya dari kawasan Timur Tengah.

”Kalau (bagi) Indonesia memang berat juga sih, buat kita (pasti) akan berdampak, sangat berdampak karena kita akan importir ya. Apalagi sebagian import kita adalah dari Timur Tengah,” ucapnya pada Warta Ekonomi, Senin (23/06/2025).

Baca Juga: Warga Eropa Malah Dukung Iran, Tuding NATO Biang Kerok Perang

Berdasarkan data Refinitiv per pukul 08.30 WIB, harga minyak mentah Brent untuk kontrak terdekat tercatat naik 2,69% ke level US$79,08 per barel. Sementara harga minyak jenis WTI menguat 1,23% menjadi US$75,85 per barel.

Kenaikan ini memperpanjang tren reli minyak dalam sepekan terakhir, di mana sejak 12 Juni 2025, harga Brent telah melonjak hampir 14% dari posisi US$69,36 per barel.

Elan memperkirakan jika perang berlanjut dan meluas maka harga minyak dunia berpotensi menembus US$100 per barel, bahkan lebih.

”Mereka (media global) menyampaikan bahwa apabila Selat Hormuz ditutup Harga minyak bisa naik di atas US$100-110 (per barel),” terangnya.

Baca Juga: China Mengecam Keras Serangan AS ke Iran, Ikut Perang?

Sementara itu,Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada (UGM), Fahmy Radhi, mengatakan jika harga minyak global tembus di atas US$100 per barel maka menjadi dilema besar bagi RI untuk mengimplementasikan BBM bersubsidi. 

”Kalau misalnya (Selat Hormuz) ditutup gitu ya, bagi Indonesia ini akan terjadi dilema di dalam penerapan BBM bersubsidi. Sudah pasti akan menaikkan inflasi, menurunkan daya beli dan akan memperlambat pertumbuhan ekonomi. Tapi kalau tidak dinaikkan maka APBN cukup berat," ujar Fahmy.

Ia juga mengingatkan bahwa tekanan fiskal tersebut bisa mempengaruhi program-program strategis pemerintah, seperti Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diusung Presiden Prabowo.

“ini akan mengurangi juga program strategis Prabowo-Makan Siang Gratis (MBG) misalnya, karena tidak ada sumber lain yang bisa digunakan juga,” pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
Editor: Djati Waluyo

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: