Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

LPS: Perubahan Iklim Ancaman Nyata bagi Industri Perbankan

LPS: Perubahan Iklim Ancaman Nyata bagi Industri Perbankan Kredit Foto: Warta Ekonomi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), mencatat perubahan iklim menjadi ancaman bagi industri perbankan. Wakil Ketua LPS, Lana Soelistianongsih, mengatakan saat ini perubahan iklim bukan hanya sekedar isu lingkungan semata. 

Hal tersebut diungkapkan dalam Forum Indonesia Best Bank Awards 2025 bertema "Driving Sustainable Innovation in Banking Excelence" yang diselenggarakan Warta Ekonomi, Kamis (26/6/2025).

Dia mengatakan, industri perbankan memiliki peran penting dalam mengelola risiko lingkungan, yang kini semakin memengaruhi operasional maupun portofolio kredit mereka.

Baca Juga: LPS Jamin Indonesia Tidak Akan Krismon Lagi seperti Tahun 1998

"Bank itu bisa punya peranan untuk mengelola isu lingkungan ini karena kalau tidak akan berdampak kepada balance sheet bapak ibu," ujar Lana dalam Forum Indonesia Best Bank Awards 2025 bertema "Driving Sustainable Innovation in Banking Excelence" yang diselenggarakan Warta Ekonomi, Kamis (26/6/2025).

Lana mengatakan, berdasarkan riset EY pada 2021 yang berujudul "Climate change is now top of bank's agendas. Stakeholders expect banks to support clients' transisition to a zero-carbon economy" yang menyebutkan bahwa perubahan iklim kini menjadi prioritas utama sektor perbankan.

Namun, sayangnya masih ada tantangan yang dihadapi oleh perbankan dalam mengadopsi prinsip keberlanjutan, mulai dari kurangnya asesmen risiko lingkungan yang memadai, belum adanya standardisasi industri, dan terbatasnya kapasitas SDM dalam menangani isu ESG (Environmental, Social, Governance).

Selain itu, dalam riset tersebut pun disebutkan jika risiko lingkungan juga bisa berdampak terhadap risiko kredit, operasional, hingga pasar. Bank yang gagal merespons isu ini berpotensi kehilangan kepercayaan nasabah dan investor.

"Nasabah bank ke depan semakin kritis, dan bank yang tidak memperhatikan isu lingkungan bisa ditinggalkan oleh investor," ujarnya. 

Baca Juga: Klaim Pertumbuhan Baik, LPS sebut Dana Cadangan Saat ini Rp255 Triliun

Dia melanjutkan, bencana yang diakibatkan oleh kerusakan lingkungan bisa berdampak pada perbankan. Sebagai contoh, banjir yang terjadi di Bekasi mengakibatkan perbankan di wilayah tersebut tidak beroperasi secara optimal. 

"Ada satu hari atau dua hari tidak lakukan operasional seperti waktu beberapa waktu yang lalu di Bekasi masih mengalami banjir yang sedemikian besar, akibatnya ada gangguan ekonomi karena kegiatan operasional jadi tertunda," ujarnya.

Bukan hanya banjir di Bekasi, Lana juga menyoroti potensi risiko dari bencana alam seperti likuifaksi atau pergerakan tanah yang terjadi di Palu, Sulawesi tengah yang menghambat aktivitas ekonomi dan juga meningkatkan risiko kredit pada debitur terdampak. 

"Belum lagi kita bicara katakan waktu di Palu yang ada tanah yang bergerak, nah itu semua efek dari isu lingkungan yang akan bisa berdampak kepada balance sheet bapak ibu, terlebih lagi kalau bank memberikan kredit kepada debitur-debitur yang terdampak tadi, nah kita gak bisa hitung bapak ibu," ungkapnya. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ida Umy Rasyidah
Editor: Djati Waluyo

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: