Tekanan Ekonomi Dorong Masyarakat Beralih ke Tabungan dan Deposito
Kredit Foto: Istimewa
Permintaan produk perbankan di Indonesia mengalami reposisi struktural setelah Survei Inventure–Alvara 2025 terhadap 600 responden menunjukkan penurunan signifikan pada transaksi kredit dan peningkatan pada tabungan serta deposito di tengah situasi dormant economy. Pergeseran ini terjadi karena masyarakat menghindari komitmen finansial baru dan memprioritaskan likuiditas guna menjaga stabilitas arus kas.
Temuan survei mengindikasikan penggunaan kartu kredit, pinjaman pribadi, hingga kredit kendaraan melemah secara serempak. Instrumen kredit kini dipandang nasabah sebagai produk berisiko yang dapat mengurangi fleksibilitas keuangan ketika kondisi ekonomi belum sepenuhnya stabil. Sebaliknya, tabungan berjangka dan deposito mencatat pertumbuhan transaksi karena kelebihan dana dialokasikan untuk memperkuat cadangan finansial.
Managing Partner Inventure, Yuswohady, menilai perubahan ini mencerminkan pola pikir frugal consumer yang kini mendominasi perilaku keuangan masyarakat.
Baca Juga: AI Diklaim Tekan Fraud Perbankan Hingga 30 Persen
“Frugal consumer sangat sensitif terhadap komitmen jangka panjang. Mereka meminimalkan kredit karena tidak ingin kehilangan fleksibilitas. Tabungan dan deposito menjadi ‘benteng pertama’ untuk menjaga stabilitas arus kas di tengah ekonomi yang tidak pastim,” tuturnya dalam acara Business Outlook 2026: Winning in the Era of Dormant Economy di Jakarta, Selasa (9/12/2025).
Reposisi preferensi tersebut memunculkan perubahan mendasar pada struktur permintaan produk perbankan. Instrumen kredit yang sebelumnya menjadi pendorong pertumbuhan kinerja bank kini melemah seiring pergeseran konsumen yang menempatkan keamanan kas sebagai prioritas utama.
Baca Juga: Likuiditas Longgar, Kredit Perbankan Berpeluang Menguat pada 2026
Inventure–Alvara mencatat bahwa perubahan ini bersifat sistematis, bukan kasus-kasus terpisah, di mana nasabah mengurangi eksposur kredit sambil memperpanjang horizon finansial melalui instrumen simpanan jangka panjang.
Perubahan strategi keuangan rumah tangga terjadi secara serempak di fase perlambatan ekonomi dan mencerminkan re-engineering manajemen kas keluarga untuk menjaga daya tahan finansial. Fenomena tersebut sekaligus menjadi sinyal perlunya perbankan menyesuaikan penawaran produk dengan orientasi baru nasabah yang menempatkan likuiditas dan risiko minimal sebagai prioritas utama dalam pengambilan keputusan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Azka Elfriza
Editor: Annisa Nurfitri
Advertisement