Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Konflik Iran-Israel dan Kesempatan Indonesia untuk 'Bertaubat'

Oleh: Irsyad Hadi J, Tim Editor Buku 'The Match-Maker'

Konflik Iran-Israel dan Kesempatan Indonesia untuk 'Bertaubat' Kredit Foto: Antara/Instagram/timesofisrael
Warta Ekonomi, Jakarta -

Konflik Iran-Israel yang memanas awal tahun ini memberi sinyal kuat bahwa perekonomian global amat rentan terhadap ketidakstabilan geopolitik. Ketegangan yang meninggi sejak Israel memulai serangan ke Iran pertengahan Juni kemarin yang kemudian memicu reaksi keras Teheran membuat dunia cemas dengan kemungkinan penutupan Selat Hormuz—jalur vital bagi sepertiga pasokan minyak dunia. Jika skenario itu terjadi, harga minyak dipastikan melonjak tajam, dan ekonomi dunia terguncang.

Indonesia, meski jauh dari pusat konflik, tidak imun dari dampaknya. Kita masih sangat bergantung pada impor minyak. Kekayaan migas di perut bumi Nusantara belum mampu memenuhi kebutuhan domestic. Dalam situasi global seperti sekarang, posisi itu membuat kita rawan terhadap guncangan harga dan pasokan. Jika konflik berlarut, inflasi sulit dihindari. Biaya energi naik, harga pangan ikut melambung. Inflasi bisa menjalar kemana-mana, termasuk ke dapur-dapur rakyat Indonesia.

Namun, krisis ini bukan hanya soal ekonomi atau logistik energi. Ia juga membuka mata kita tentang ketertinggalan yang lebih dalam, yakni soal ketergantungan kita pada rantai pasok global, termasuk di sektor teknologi dan pertahanan. Negara-negara besar memamerkan kecanggihan drone, rudal presisi, hingga sistem pertahanan siber. Sementara kita masih sibuk dengan pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat.

Dalam konteks inilah, buku The Match-Maker karya Dr. Erwin Suryadi hadir dengan tawaran yang relevan, bahwa Indonesia harus melakukan transformasi ekonomi yang sesungguhnya. Menurut Erwin Suryadi, bangsa ini tidak bisa terus mengandalkan ekspor bahan mentah. Diperlukan pergeseran menuju hilirisasi industri, pengembangan teknologi, dan penguatan sumber daya manusia lewat kolaborasi di ekosistem setiap sektor industri.

Baca Juga: Solusi Atasi Middle Income Trap melalui Kolaborasi Lintas Sektor dari Dr. Erwin Suryadi Lewat Buku The Matchmaker

Salah satu solusi yang ditawarkan buku ini adalah strategi business matchmaking alias pendekatan yang ‘menjodohkan’ industri besar dengan pelaku usaha lokal, UMKM, lembaga riset, hingga institusi pendidikan. Tujuannya adalah membangun ekosistem industri yang kokoh dan mandiri, yang tidak mudah runtuh saat dunia terguncang.

Konsep ini bukan utopia. Dalam sektor hulu migas, pendekatan ini berhasil meningkatkan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN), menciptakan lapangan kerja, dan memunculkan pemain lokal yang mampu bersaing di pasar global. Jika diterapkan luas ke sektor lain, Indonesia berpeluang besar memperkuat ketahanan ekonominya.

Untung saja eskalasi krisis Iran-Israel sejauh ini tidak berlanjut. Namun situasi ini harus dijadikan sebagai alarm. Seperti krisis pada umumnya, ia juga membawa peluang. Jika kita mampu membaca isyaratnya, maka inilah saat yang tepat untuk melakukan pergeseran arah besar-besaran. Bukan dengan gegap gempita wacana, tapi dengan kerja senyap membangun kolaborasi antarsektor, mendorong investasi produktif, dan menumbuhkan ekosistem industri berbasis teknologi serta SDM unggul.

Kalau tidak sekarang, mau menunggu sampai kapan?

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Amry Nur Hidayat

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: