Kredit Foto: Ist
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mencatat realisasi lifting minyak Indonesia pada Mei 2025 sebesar 568 ribu barel per hari (bph) atau masih berada jauh dari target yang ditetapkan sebesar 605 ribu bph.
Plt Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian ESDM, Tri Winarno, mengatakan lifting gas bumi mencapai 5.530 mmscfd dari target 5.628 mmscfd atau setara dengan 987,5 ribu barel oil equivalent per hari.
"Lifting yang sampai saat ini belum tercapai sebesar target APBN yaitu sebesar 605.000 per barel per hari," ujar Tri dalam RDP dengan Komisi XII DPR RI, Senin (30/6/2025).
Tri mengatakan, saat ini pemerintah sudah menerapkan beberapa strategi untuk meningkatkan produksi migas di Indonesia. Adapun salah satunya adalah dengan melakukan reaktivasi sumur dan lapangan idle atau lapangan yang sudah tidak berproduksi.
Adapun, upaya tersebut akan dikerjakan sendiri oleh Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS), maupun bekerja sama dengan mitra yang sudah diatur di dalam Permen ESDM No.14 Tahun 2025.
Sebagaimana diketahui, Permen ESDM No.14 Tahun 2025 tentang Kerja Sama Pengelolaan Bagian Wilayah Kerja untuk Peningkatan Produksi Minyak dan Gas Bumi; serta eksplorasi migas.
Sebelumnya, Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia mengungkapkan bahwa Indonesia memiliki sekitar 40 ribu sumur minyak dan gas bumi (migas). Namun, hanya 16 ribu sumur yang aktif berproduksi, sedangkan sisanya dalam kondisi idle atau tidak beroperasi selama dua tahun berturut-turut.
Kondisi ini menjadi perhatian serius, mengingat kebutuhan minyak domestik Indonesia saat ini mencapai 1,6 juta barel per hari (BOPD), di mana sekitar 1 juta BOPD masih harus dipenuhi melalui impor.
"Kemarin di 2024, dua bulan terakhir, itu (lifting minyak) sekitar 600.000 barrel per day. Jadi kita sekarang, impor per hari itu 1 juta barrel per day," ujar Bahlil
Untuk mengatasi persoalan ini, Bahlil berencana mengoptimalkan sumur-sumur migas yang ada, termasuk melelang 60 Wilayah Kerja (WK) migas dalam rentang waktu 2025-2028. Langkah ini juga sejalan dengan visi Presiden Prabowo Subianto dalam mewujudkan swasembada energi.
"Pak Presiden targetkan di 2028-2029 sudah harus kita punya lifting kurang lebih sekitar 900 ribu sampai 1 juta. Ini bukan pekerjaan gampang. Tapi ya, saya sebagai anak dari timur kan enggak boleh menyerah," ujarnya.
Selain melelang WK migas, Bahlil juga menyiapkan sejumlah strategi lain untuk mengurangi ketergantungan pada impor minyak. Di antaranya adalah mengaktifkan kembali sumur-sumur idle, mengimplementasikan Enhanced Oil Recovery (EOR) pada sumur eksisting, serta mendorong operator migas untuk segera menggarap sumur yang telah dieksplorasi.
Baca Juga: Meningkatkan Efikasi Fungisida Organik Ganor Guna Melawan Penyakit Busuk Pangkal Batang
Baca Juga: Memanfaatkan Biodiesel Konsentrasi Tinggi pada Sektor Maritim
"Yang pertama sumur-sumur idle yang kita kerjakan. Yang kedua adalah kita mengoptimalkan sumur-sumur yang ada itu dengan teknologi termasuk EOR. Dan yang ketiga, ada 300 sumur yang sudah selesai eksplorasi tapi belum POD (Plan of Development), ini segera didorong untuk produksi," tutupnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Djati Waluyo
Editor: Djati Waluyo
Tag Terkait:
Advertisement