Harga Emas Meninggi, PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) Raih Tambahan Pendapatan $47 Juta

Perusahaan pertambangan Indonesia yang bergerak di bidang eksplorasi, eksploitasi, dan produksi emas, perak, tembaga, dan mineral PT Merdeka Copper Gold Tbk atau MDKA mencatat Kuartal pertama 2025 membukukan pendapatan konsolidasi sebesar $502 juta.
Kenaikan ini didorong didorong oleh harga emas yang lebih tinggi, yang berkontribusi pada tambahan pendapatan sebesar $47 juta dari penjualan emas, serta $24 juta dari penjualan limonit kepada pihak ketiga.
Presiden Direktur Merdeka, Albert Saputro menyampaikan pencapaian ini terjadi seiring pertumbuhan yang signifikan dalam bisnis emas, terutama dalam menghadapi tantangan pengelolaan operasional nikel dan tembaga secara efektif, serta mencatat kemajuan berarti dalam proyek-proyek strategis utama.
Selain itu, ia menyampaikan kenaikan tersebut membantu mengimbangi penurunan kontribusi dari produk hilir nikel dan segmen tembaga, sehingga penurunan pendapatan dari tahun ke tahun (YoY) hanya sebesar 7%.
Baca Juga: Melonjak Rp16 Ribu, Emas Antam pada Awal Juli Dibanderol Rp1.896.000 per Gram
Sementara untuk sektor tambang nikel SCM, Albert menyebut tambang memproduksi 1,8 juta metrik ton basah (wmt) limonit, meningkat 54% YoY, dan 1,3 juta wmt saprolit, naik 190% YoY.
Meskipun produksi menurun dibandingkan kuartal sebelumnya akibat curah hujan musiman, volume keseluruhan secara signifikan lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mendukung pertumbuhan yang berkelanjutan.
Pabrik peleburan RKEF memproduksi 16.297 ton nikel dalam bentuk Nickel Pig Iron, turun 22% YoY. Penurunan ini sebagian besar disebabkan oleh proses peningkatan bertahap di PT Bukit Smelter Indonesia (BS) setelah perbaikan tungku pada Q4 2024, serta pemeliharaan terjadwal di PT Zhao Hui Nickel (ZHN), yang sempat dihentikan sementara akibat banjir.
“Peningkatan ini diperkirakan akan meningkatkan keselamatan dan efisiensi, serta mendukung penghematan biaya ke depan. Perbaikan lini tambahan BSI juga direncanakan pada semester kedua tahun ini,” ungkap Albert dalam keterangan resminya pada Warta Ekonomi di Surabaya, Selasa (2/7/2025).
Baca Juga: Harga Emas Naik Tipis, Didorong Melemahnya Dolar dan Antisipasi Data Ekonomi AS
Lebih lanjut Albert mengatakan, pengembangan pabrik pengolahan HPAL oleh MBMA, yang merupakan bagian dari sistem produksi terintegrasi dan dijalankan bersama perusahaan-perusahaan material baterai global, mencatat kemajuan signifikan melalui anak perusahaan PT ESG New Energy Material (PT ESG), PT Meiming New Energy Material (PT Meiming), dan PT Sulawesi Nickel Cobalt (PT SLNC).
PT ESG memulai produksi dari Train A pada akhir 2024, dengan Train B direncanakan menyusul pada semester kedua 2025. Biaya operasional diperkirakan akan menurun lebih lanjut seiring transisi penggunaan bijih dari Tambang SCM dan integrasi Feed Preparation Plant (FPP) baru pada semester kedua 2025.
PT Meiming melanjutkan komisioning komponen utama, terutama autoklaf, dan memperoleh Izin Usaha Industri (IUI) pada April 2025. PT SLNC mencatat kemajuan konstruksi sebesar 14,35% dan menargetkan komisioning pada semester kedua 2026.
Proyek ini juga didukung oleh pembangunan jaringan pipa slurry baru dari Tambang SCM, memperkuat posisi MBMA untuk menyediakan produk nikel efisien dapat dikalahkan, dan sesuai dengan permintaan pasar.
Proses komisioning di Pabrik AIM terus menunjukkan kemajuan, dengan fasilitas utama—termasuk pabrik pirit, asam, dan logam klorida yang terus ditingkatkan. Pabrik AIM telah memulai produksi spons tembaga pada Januari 2025, dan pembangunan pabrik katoda tembaga mendekati penyelesaian. Pabrik asam mencatat rekor produksi kuartalan baru sebesar 168.738 ton, dengan kapasitas operasional penuh ditargetkan tercapai pada semester kedua 2025.
Menurutnya, proyek Emas Pani tetap berjalan sesuai jadwal dan telah mencapai 49% penyelesaian pada akhir kuartal pertama. Rekayasa terperinci telah selesai, kontrak konstruksi utama telah ditetapkan, dan kontraktor telah mulai mobilisasi ke lokasi proyek. Model sumber daya terbaru menunjukkan potensi optimalisasi tambahan.
Komisioning ditargetkan sesuai rencana pada akhir 2025, dengan produksi emas pertama diperkirakan terjadi pada awal 2026. Selama kuartal tersebut, studi kelayakan untuk fasilitas penyimpanan tailing pertama untuk proyek carbon-in-leach telah diselesaikan.
Kegiatan rekayasa, perizinan, dan perencanaan konstruksi menurutnya akan terus berlangsung. “Kami terus mencatat kemajuan yang konsisten di seluruh segmen bisnis inti dan telah menyelesaikan sejumlah langkah langkah penting dalam proyek proyek strategis kami,” katanya.
“Merdeka tetap berkomitmen terhadap pertumbuhan jangka panjang yang bertanggung jawab, sambil menjawab peluang dan tantangan yang terus berkembang pada 2025 dan seterusnya,” tutup Albert.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Mochamad Ali Topan
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait:
Advertisement