Kredit Foto: Uswah Hasanah
Pemerintah Indonesia akan melakukan evaluasi menyeluruh terhadap perjanjian perdagangan Indonesia–Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA) pada tahun 2026, menyusul masih lebarnya defisit neraca perdagangan Indonesia terhadap Australia.
Menteri Perdagangan Budi Santoso menyatakan bahwa evaluasi ini bukan hanya untuk memperbarui komitmen kerja sama, melainkan untuk mengidentifikasi kelemahan implementasi IA-CEPA selama lima tahun terakhir.
“Kita akan cari mana yang masih bolong agar hubungan ekonomi bisa berkembang lebih baik,” ujar Budi dalam acara peringatan lima tahun IA-CEPA di Jakarta, Kamis (3/7/2025).
Baca Juga: Sumbang Wisman Terbesar di RI, Kunjungan dari Australia Diproyeksikan Meningkat Lewat Ini
Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa Indonesia mengalami defisit perdagangan terhadap Australia sebesar US$2,11 miliar sepanjang Januari–Mei 2025, menjadikan Australia salah satu penyumbang defisit terbesar dalam neraca dagang nasional. Meskipun sedikit membaik dibandingkan periode yang sama tahun lalu, angka ini dinilai masih menunjukkan ketimpangan struktural dalam hubungan dagang kedua negara.
Budi juga menyoroti bahwa dari total 19 perjanjian dagang yang dimiliki Indonesia, hanya sekitar 80% yang benar-benar dimanfaatkan, terutama dalam penggunaan dokumen preferensi ekspor seperti Surat Keterangan Asal (SKA).
“Ini perlu evaluasi internal juga. Jangan sampai perjanjian sudah ada, tapi tidak dimanfaatkan maksimal,” tegasnya.
Baca Juga: RI-Australia Sorot Pentingnya Penguatan Hubungan Strategis di Kawasan Indo-Pasifik
Meski terdapat defisit, Menperin menyebut IA-CEPA tetap menjadi kerangka kerja sama strategis. Dalam lima tahun terakhir, ekspor Indonesia ke Australia tumbuh 14,46%, sementara ekspor Australia ke Indonesia naik 17,42%. Perdagangan jasa juga menunjukkan kinerja positif, dengan pertumbuhan ekspor jasa Indonesia ke Australia sebesar 19,16%.
Namun, Budi menekankan pentingnya prinsip shared responsibility dalam hubungan dagang bilateral.
“Hubungan dagang Indonesia–Australia ini harus menjadi tanggung jawab bersama kedua negara,” ujar Budi sambil menyapa Duta Besar Australia untuk Indonesia, Rod Brazier, yang hadir dalam acara tersebut.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait:
Advertisement