Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Aliansi Masyarakat dan Ibu-ibu Desak Pemerintah Hentikan BBM Bersulfur Tinggi

Aliansi Masyarakat dan Ibu-ibu Desak Pemerintah Hentikan BBM Bersulfur Tinggi Kredit Foto: Bicara Udara
Warta Ekonomi, Jakarta -

Aliansi kelompok masyarakat bersama para ibu-ibu meminta pemerintah untuk meningkatkan kualitas Bahan Bakar Minyak (BBM) menjadi yang rendah sulfur sebagai bagian dari upaya menekan tingkat polusi udara.

Sebagaimana diketahui, Aliansi Udara Bersih yang terdiri dari Bicara Udara, Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB) beserta komunitas dan publik, termasuk ibu-ibu yang peduli udara bersih melakukan kampanye "Gerakan Kembalikan Langit Biru Kita" di Jakarta pada Minggu (6/7/2025) dalam bentuk pawai dengan seruan untuk meningkatkan kualitas BBM dengan menghentikan penggunaan BBM bersulfur tinggi dan mengembalikan udara bersih bagi semua.

Juru bicara Biru Voices Ambassador (Duta Udara Bersih yang mendukung program-program Bicara Udara), Cynthia Andarinie,  mengatakan masyarakat tidak seharusnya terus bergantung pada alat bantu seperti purifier dan inhaler. 

Dia menjelaskan, yang dibutuhkan saat ini adalah perubahan sistemik melalui penggunaan BBM yang lebih bersih, langit yang kembali biru, dan keberpihakan nyata terhadap kesehatan publik.

Baca Juga: Komitmen Jaga Lingkungan dan Kualitas Udara Lebih Baik, BAF Donasikan 21 Ribu Bibit Mangrove ke Tiga Lokasi

“Sebagai ibu, saya tak rela kalau kita semua dipaksa menghirup udara yang berpolusi dan anak-anak kita bisa mendapatkan penyakit dari akibat kualitas udara yang sangat buruk, hanya karena gagalnya pemerintah mengatur kualitas bahan bakar maka kami bersuara bersama-sama menuntut pemerintah untuk segera mengesahkan dan meningkatkan kualitas BBM yang lebih baik sesuai dengan standar Euro 4,” ujar Cynthia dalam keterangan tertulis yang diterima, Senin (7/7/2025).

Sebagaimana diketahui, menurut Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah kendaraan bermotor meningkat drastis dari 4,4 juta unit pada 2006 menjadi lebih dari 148 juta pada 2022, menyebabkan paparan sulfur dioksida (SO₂) yang kian meluas dan berbahaya bagi kesehatan masyarakat.

Sementara itu,Direktur Eksekutif KPBB,  Ahmad Safrudin, menyatakan bahwa saat ini Indonesia tertinggal dari negara-negara tetangga dalam menerapkan standar bahan bakar bersih. 

“Negara seperti Filipina, Thailand, dan Vietnam sudah menggunakan BBM dengan kadar sulfur di bawah 50 ppm. Sementara di Indonesia, angka sulfur masih bisa mencapai ribuan ppm. Ini adalah bentuk ketidakadilan lingkungan yang nyata,” tegasnya.

“Kampanye ini adalah upaya untuk mendorong keberanian politik dan reformasi kebijakan energi yang lebih sehat dan berkeadilan, terutama menggeser dari impor BBM kotor ke BBM bersih dalam waktu dekat ini", imbuhnya.

Baca Juga: BBM Ramah Lingkungan hingga SAF, ESG Pertamina Berbuah Prestasi

Selain aktivis dan akademisi, kampanye ini juga melibatkan suara publik dan komunitas yang terdampak langsung. Mereka membawa poster-poster berisi pesan penting yang dikemas secara menarik, contohnya. 

“Anak-anak sesak bernafas karena BBM Beracun, asap knalpot hitam bikin kulit kusam,” ucapnya. 

Melalui gerakan ini, masyarakat diajak untuk mengawal kebijakan bahan bakar bersih dan mendorong pemerintah untuk segera mengimplementasikannya. Karena langit biru bukan sekadar nostalgia, tetapi masa depan untuk generasi mendatang.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Djati Waluyo
Editor: Djati Waluyo

Advertisement

Bagikan Artikel: