Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bitcoin Tembus Rekor Tertinggi, Apa Masih Bisa Naik Lagi?

Bitcoin Tembus Rekor Tertinggi, Apa Masih Bisa Naik Lagi? Kredit Foto: Unsplash/Dmitry Demidko
Warta Ekonomi, Jakarta -

Harga Bitcoin kembali mencetak rekor tertinggi sepanjang masa (all time high) di level US$118.000 pada Jumat (11/7/2025), didorong aksi jual paksa posisi short senilai lebih dari US$1,13 miliar hanya dalam satu hari terakhir. Lonjakan ini turut mendorong kenaikan tajam pada sejumlah altcoin besar, beberapa di antaranya mencatat penguatan hingga 50 persen.

Fahmi Almuttaqin, Analis Reku, menyebut fenomena tersebut sebagai short squeeze, yaitu kondisi ketika likuidasi massal posisi short memicu tekanan beli lanjutan yang mempercepat reli harga.

“Bagi investor kripto, momen ini menggarisbawahi pentingnya disiplin manajemen risiko dan tidak over-leverage atau menggunakan posisi leverage dengan tingkat yang terlalu tinggi, terutama saat tren bullish di pasar kripto masih cukup kuat, meskipun pada situasi di mana katalis positif jangka pendek dirasa minim,” jelas Fahmi dikutip Jumat (11/7/2025).

Baca Juga: Harga Bitcoin Sentuh Rekor Tertinggi, Ini Pendorong Utamanya!

Data pasar menunjukkan bahwa likuidasi terbesar terjadi pada Bitcoin futures sebesar US$590 juta, diikuti oleh Ethereum (ETH) futures senilai US$241 juta. Dua platform exchange global menjadi pusat likuidasi paksa dengan masing-masing mencatat nilai forced-close sebesar US$461 juta dan US$193 juta.

Tercatat sekitar 237.000 trader terdampak oleh aksi likuidasi ini, dengan satu posisi short BTC-USDT mengalami kerugian tunggal terbesar senilai US$88,5 juta.

Sentimen bullish juga tercermin dari lonjakan open interest pada kontrak berjangka Bitcoin yang naik sebesar US$2 miliar dalam kurun empat jam. Rasio posisi long-short pun kini menunjukkan dominasi posisi long sebesar 52 persen.

“Lonjakan open interest dan perpindahan sentimen ke posisi long bisa membuka peluang kenaikan harga lanjutan dalam jangka pendek, tetapi volatilitas ekstrem tetap harus diantisipasi, karena reli berbasis likuidasi sering diikuti oleh fase konsolidasi atau retrace setelah euforia mereda,” jelas Fahmi.

Di sisi makro, pasar masih menanti kepastian kebijakan suku bunga The Federal Reserve. Fahmi menyebut kemungkinan The Fed mempertahankan suku bunga tinggi masih besar karena belum ada sinyal dovish dari pejabat kunci seperti Jerome Powell bahwa pemangkasan suku bunga akan dilakukan pada Juli ini.

Adapun permintaan institusional terhadap Bitcoin, termasuk oleh whale dan miner, serta tren adopsi strategi treasuryberbasis BTC dan peningkatan minat pasar modal AS, turut menjadi pendorong fundamental dalam menjaga kekuatan harga kripto ini.

Baca Juga: Phase Two, Ternyata Inilah Alasan Metaplanet Terus Serok Bitcoin

Fahmi juga menyoroti potensi penguatan di sektor altcoin, khususnya dengan munculnya sentimen ETF dan dukungan politik di Amerika Serikat. Ia menyebut sejumlah altcoin kini berada pada level valuasi yang menarik secara historis setelah terkoreksi selama beberapa bulan terakhir.

Sebagai strategi investasi, Fahmi mendorong penggunaan instrumen futures secara bijak dengan tingkat leverage yang wajar.

“Di Indonesia juga sudah diatur secara legal sejak Februari lalu. Sehingga, fitur ini memungkinkan trader kripto di Indonesia untuk memaksimalkan potensi pasar dengan modal kecil secara aman di exchange yang berizin. Seperti di Reku yang menawarkan fitur Futures dengan leverage hingga 25x, yang terbilang merupakan tingkat leverage yang relatif terjaga namun tetap dapat menawarkan potensi keuntungan yang menarik,” ujarnya.

Menurut Fahmi, Reku Futures telah dilengkapi sistem manajemen risiko seperti Stop Loss dan Take Profit, yang memberikan fleksibilitas lebih bagi pengguna dalam mengelola risiko sesuai tujuan investasi dan profil masing-masing.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ida Umy Rasyidah
Editor: Annisa Nurfitri

Advertisement

Bagikan Artikel: