Kredit Foto: RRI
Kementerian Ekonomi Kreatif (Ekraf) melakukan langkah nyata untuk membangkitkan industri radio di tengah perkembangan zaman yang kini memasuki era digitalisasi.
Hal tersebut adalah dengan meluncurkan program 'Radio Masih Ada' yang merupakan kolaborasi antara Kementerian Ekraf dengan Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia (LPP RRI).
Baca Juga: Presiden Prabowo Bertemu Raja Belgia, Disambut Hangat di Istana Laeken
Menteri Ekraf Teuku Riefky Harsya menegaskan radio tetap memiliki peran penting sebagai kanal strategis dalam mendistribusikan konten kreatif di berbagai daerah.
Ini disampaikannya dalam sambutan saat meluncurkan 'Radio Masih Ada' di lobi Autograph Tower Thamrin Nine, Jakarta, beberapa waktu lalu.
"'Radio Masih Ada' adalah upaya bersama untuk menghidupkan kembali semangat, memori, dan kedekatan yang hanya bisa dihadirkan oleh radio sebagai media. Tantangan digitalisasi bukan halangan, justru menjadi peluang bagi radio untuk berkolaborasi dan tumbuh bersama ekosistem digital serta industri kreatif yang terus berkembang di Indonesia," ujarnya, dikutip dari siaran pers Kementerian Ekraf, Senin (14/7).
‘Radio Masih Ada’ merupakan program kolaborasi antara Kementerian Ekraf, LPP RRI, dan manajemen gedung Thamrin Nine sebagai tindak lanjut nyata dari MoU yang ditandatangani pada Maret 2025. Lewat studio mini di lobi kantor, program ini menjadi media publikasi kebijakan Kementerian Ekraf sekaligus ruang kreatif bagi karyawan dan pengunjung untuk mencoba jadi penyiar dan berinteraksi langsung dengan audiens.
“Saat ini tengah dilakukan revisi terhadap Undang-Undang Penyiaran, yang di dalamnya memuat sejumlah kebijakan penting untuk mendukung perkembangan industri radio di Indonesia, termasuk terkait digitalisasi siaran terestrial radio. Ini merupakan langkah strategis yang perlu mendapat dukungan publik, agar industri radio tetap relevan, dibutuhkan oleh ekosistemnya, dan mampu tumbuh melalui kolaborasi dengan sektor ekonomi kreatif lainnya,” ujar Menteri Ekraf Teuku Riefky.
Sementara itu, Direktur Utama RRI I Hendrasmo menyoroti pergeseran perilaku pendengar radio yang menunjukkan proses adaptasi radio menuju format digital yang lebih fleksibel dan sesuai dengan kebiasaan konsumsi media generasi saat ini. Hendrasmo meyakini radio belum ditinggalkan.
“Survei Goodstat menunjukkan bahwa 52% anak muda Indonesia masih mendengarkan radio setidaknya sekali dalam sebulan, dengan frekuensi terbanyak 2–4 hari sekali (14,6%). Sebanyak 48% mendengarkan melalui platform digital, sementara 52% lainnya masih menggunakan perangkat analog. Temuan ini membuktikan bahwa radio belum ditinggalkan—ia hanya tengah beradaptasi, mencari cara baru untuk menjangkau pendengarnya di era digital,” kata Hendrasmo.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
Editor: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
Tag Terkait:
Advertisement