Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Serangan Siber Bocorkan 1,4 Juta Data Nasabah Allianz Life di AS

Serangan Siber Bocorkan 1,4 Juta Data Nasabah Allianz Life di AS Kredit Foto: Reuters/Gonzalo Fuentes
Warta Ekonomi, Jakarta -

Perusahaan asuransi Allianz Life Insurance Company of North America mengonfirmasi telah mengalami serangan siber yang mengakibatkan kebocoran data pribadi milik nasabah, tenaga keuangan, dan karyawan pada 16 Juli 2025. Akses ilegal tersebut terjadi pada sistem Customer Relationship Management (CRM) berbasis cloud milik pihak ketiga yang digunakan perusahaan.

Juru bicara Allianz Life, Brett Weinberg, menjelaskan bahwa pelaku menggunakan metode rekayasa sosial untuk menembus sistem yang menyimpan informasi penting pelanggan. “Pada 16 Juli 2025, aktor ancaman jahat mendapatkan akses ke sistem CRM berbasis cloud milik pihak ketiga yang digunakan oleh Allianz Life,” ujar Weinberg, dikutip TechCrunch, Senin (28/7/2025).

Baca Juga: Allianz Tunjuk Chong Fang Siong Jadi Direktur Strategi dan Transformasi

Allianz Life telah melaporkan insiden ini kepada FBI dan menyatakan belum ada indikasi sistem lain ikut terdampak. Meski belum merinci jumlah data yang bocor, perusahaan memiliki sekitar 1,4 juta nasabah. Induk usahanya, Allianz SE, melayani lebih dari 125 juta pelanggan secara global.

Laporan resmi juga telah disampaikan kepada Jaksa Agung Negara Bagian Maine, AS. Allianz Life berencana mulai menghubungi individu yang terdampak mulai 1 Agustus 2025 untuk memberi penjelasan dan tindak lanjut perlindungan data.

Baca Juga: Allianz Life Gandeng Bank QNB Hadirkan Perlindungan Finansial Jangka Panjang

Insiden ini menambah daftar panjang serangan siber yang menargetkan sektor asuransi dalam beberapa bulan terakhir. Perusahaan besar seperti Aflac juga pernah mengalami kejadian serupa. Peneliti keamanan dari Google menduga serangkaian serangan ini terkait kelompok peretas Scattered Spider, yang dikenal menggunakan teknik manipulatif untuk meretas sistem perusahaan.

Serangan terhadap sistem digital perusahaan asuransi dinilai dapat menurunkan kepercayaan publik, mengganggu stabilitas operasional, serta memicu beban biaya pemulihan dan potensi gugatan hukum. Pelaku industri pun didorong untuk memperkuat sistem keamanan siber demi mencegah kerentanan serupa.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ida Umy Rasyidah
Editor: Annisa Nurfitri

Advertisement

Bagikan Artikel: