Wamen Ekraf Dorong Pengrajin Batik Muda Jaga Warisan Budaya dan Tingkatkan Kualitas
Kredit Foto: Antara/Asprilla Dwi Adha
Wakil Menteri Ekonomi Kreatif (Wamen Ekraf) Irene Umar mendorong pengrajin batik dari kalangan generasi muda untuk menjaga warisan budaya dan meningkatkan kualitas dalam industri kreatif melalui batik.
Dorongan tersebut disampaikan Wamen Ekraf saat menghadiri pembukaan Pameran Karya 3 Generasi Batik Oey Soe Tjoen Selama 100 Tahun di Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta pada Jumat lalu.
Baca Juga: Kementerian Ekraf Donasikan Ratusan Buku untuk Perkuat Literasi dan Kreativitas Anak
Batik ini merupakan batik tulis halus tertua yang sering diburu para kolektor internasional.
“Ini jadi suatu momen yang luar biasa bahwa ekonomi kreatif dan budaya itu saling berkaitan. Kami selalu menanamkan cultural diplomacy supaya semua orang mengenal bahwa batik berasal dari Indonesia dan setiap motif punya cerita yang begitu khas. Apalagi melalui Pameran Karya 3 Generasi ini, ada 90 lembar kain batik yang bisa kita lihat karyanya,” kata Wamen Ekraf, dikutip dari siaran pers Kementerian Ekraf, Senin (28/7).
Batik Oey Soe Tjoen (Batik OST) merekam sejarah Indonesia melalui berbagai motif yang dipengaruhi budaya Jawa, peranakan Tionghoa, Eropa, Asia, dan Arab sejak tahun 1925 di Kedungweni, Pekalongan. Resmi berusia 100 tahun, perjalanan panjang merek batik OST mulai dikenal sebagai salah satu warisan budaya Indonesia.
“Batik bukan hanya sebuah kain, tapi suatu perjalanan sejarah. Kita bisa melihat seperti apa evolution dari berbagai budaya yang terpengaruh dalam suatu kain batik. Let’s remember this moment as something that’s sacred. Mari, kita sebarkan batik dari Indonesia ke seluruh dunia lewat diplomasi batik,” imbuh Wamen Ekraf Irene.
Pameran Karya 3 Generasi selama 100 tahun ini menjadi kesempatan bagi para penikmat batik untuk melihat keragaman motif dan warna yang menawan. Batik tulis halus yang semakin langka harus terjaga cerita keindahannya dari generasi ke generasi. Kementerian Ekraf juga senantiasa berkomitmen memberi perlindungan terhadap batik tulis melalui jaminan Hak Kekayaan Intelektual (HaKI).
“Hari ini, saya melihat it’s a step into the history and progression, batik yang mengikuti perkembangan zaman. Melalui pameran ini, saya amati ada konsistensi kain batik tercipta dari 3 generasi dan tiap generasi punya perbedaan uniqueness and authenticity dari masing-masing pembatik. Saya paling suka dengan batik motif kupu-kupu dan ada warna pink,” ucap Wamen Ekraf Irene.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
Editor: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
Tag Terkait:
Advertisement