Kredit Foto: Youtube BPMI Setpres
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto kembali menegaskan Presiden Prabowo Subianto menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 8% pada 2029.
Dan dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, perekonomian Indonesia tumbuh stabil di kisaran 5%, diikuti tingkat inflasi yang berada dalam rentang sasaran. Sementara itu, sektor eksternal Indonesia tetap solid, tercermin dari defisit transaksi berjalan yang membaik, didukung surplus neraca perdagangan, rasio utang luar negeri yang berada pada level aman, dan cadangan devisa yang tetap tinggi.
Sehingga untuk mencapai ekonomi 8%, Menko Airlangga mengatakan pada 2026 pertumbuhan ekonomi Indonesia harus berada di angka 5,8%.
Ini disampaikannya dalam agenda Pembekalan pada Orientasi Calon Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh (Duta Besar LBBP) Republik Indonesia, di Kantor Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Kamis (31/07/2025).
“Nah, ini yang menjadi tantangan karena Pak Presiden berharap pertumbuhan kita bisa lebih tinggi. Kalau kita lihat dalam RPJMN Tahun 2025-2029 memang di-plot pertumbuhan ekonomi di 2029 nanti bisa mencapai 8%, dan untuk mencapai 8% ini maka tahun depan kita harus tumbuh sekitar 5,8%,” ungkapnya, dikutip dari siaran pers Kemenko Perekonomian, Sabtu (2/8).
Lebih lanjut, Peringkat Daya Saing Indonesia pada 2024 menduduki peringkat ke-27 dari 67 Negara (World Competitiveness Ranking 2024) dan naik 7 peringkat dari 2023 serta dalam beberapa tahun terakhir terus menunjukkan perbaikan.
Jika dibandingkan dengan negara-negara di kawasan ASEAN, Indonesia berada di posisi ketiga setelah Singapura dan Thailand. Peningkatan signifikan ini disebabkan antara lain oleh faktor kinerja ekonomi, efisiensi Pemerintah, dan efisiensi bisnis.
Pada semester pertama 2025 ini, tiga lembaga pemeringkat skor kredit internasional memberikan outlook stabil terhadap Indonesia, yakni Moody’s (Baa2), Fitch (BBB), dan S&P (BBB).
Hasil ini diperoleh Indonesia karena dinilai mempunyai ketahanan ekonomi yang terjaga berkat permintaan domestik yang kuat dan komitmen Pemerintah dalam menjaga kredibilitas kebijakan moneter dan fiskal.
“Pemerintah perlu melakukan akselerasi dari government spending, kemudian pertumbuhan ini bisa maju kalau didorong investasi atau pembentukan modal tetap daripada masyarakat dan Pemerintah, dan salah satunya melalui berbagai program, termasuk pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Kemudian, kita juga melihat dari segi kerja sama internasional, yang mana berbagai kerja sama atau economic club yang Indonesia sedang berproses,” ungkap Menko Airlangga.
Beberapa langkah strategis yang telah dan akan terus dilaksanakan Pemerintah ke depannya yakni meliputi diversifikasi pasar ekspor dan mitra dagang untuk mengurangi ketergantungan pada pasar tradisional.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
Editor: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
Tag Terkait:
Advertisement