Airlangga Hartarto: Ekonomi Digital Indonesia Jadi Lokomotif ASEAN, Target USD 2 Triliun di 2030
Kredit Foto: Rahmat Saepulloh
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI, Airlangga Hartarto, mengatakan bahwa sektor ekonomi digital menjadi salah satu pendorong utama pertumbuhan ekonomi Indonesia dan kawasan ASEAN.
Hal tersebut disampaikan dalam pembukaan APINDO Expo & UMKM Fair 2025 yang digelar di Bandung, Selasa (5/8/2025).
“Ekonomi digital kita tumbuh luar biasa. Target kita pada 2030 di ASEAN, dari USD 1 triliun menjadi USD 2 triliun. Hampir semua sektor berbasis digital menunjukkan peningkatan signifikan,” ujar Airlangga.
Baca Juga: Kemen Ekraf Perkuat Ekosistem Talenta Ekonomi Kreatif Berbasis Teknologi
Airlangga menyebutkan bahwa kontribusi Indonesia terhadap ekonomi digital ASEAN saat ini sudah mencapai sekitar 40 persen. “Nilai ekonomi internet Indonesia diperkirakan naik dari USD 400 miliar menjadi USD 600 miliar pada 2030,” jelasnya.
Ia menyoroti pergeseran perilaku konsumsi masyarakat dari belanja offline ke online, khususnya pada produk kecantikan. “Menariknya, pertumbuhan konsumsi produk perawatan pria sekarang ikut melonjak, naik 16–17%, tiga kali lipat dari pertumbuhan ekonomi,” ujarnya.
Airlangga juga mengungkapkan pentingnya penghapusan tarif bea masuk di kawasan ASEAN untuk mendukung e-commerce lintas negara. Ia mencontohkan bagaimana produk kacang asal Indonesia terhambat oleh tarif 5%, sedangkan produk Vietnam bebas bea masuk.
“Dengan penghapusan tarif, daya saing produk lokal akan meningkat di pasar ASEAN,” katanya.
Untuk memperkuat ekosistem digital, Airlangga menekankan pentingnya mencetak talenta digital lokal. “Saat ini masih banyak insinyur digital kita berasal dari India. Kita harap perguruan tinggi mampu menghasilkan lebih banyak SDM digital berkualitas,” katanya.
Pemerintah juga terus mendorong pertumbuhan kawasan ekonomi khusus (KEK). Hingga 2025, investasi di KEK mencapai Rp263,4 triliun dengan penyerapan tenaga kerja lebih dari 161.000 orang.
Airlangga menyebut stabilitas nilai tukar rupiah juga menjadi fokus utama, termasuk melalui kebijakan Devisa Hasil Ekspor (DHE) yang telah diterapkan sejak Maret 2025. “Saat ini kepatuhan eksportir mencapai 80%,” ujarnya.
Menghadapi tantangan global dan siklus perdagangan yang melambat, ia mengimbau pelaku usaha kembali menggunakan sistem pembayaran Letter of Credit (L/C) guna mempercepat arus transaksi.
Baca Juga: Ciptakan Pemerintahan Bersih, Kemenko Perekonomian Bangun Zona Integritas
Selain itu, program padat karya di sektor pekerjaan umum dan perhubungan juga akan ditingkatkan di semester kedua tahun ini guna menjaga momentum pertumbuhan ekonomi nasional.
Pemerintah tengah melakukan reformasi regulasi agar lebih adaptif dan spesifik per sektor, bukan lagi bersifat umum. Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan daya saing investasi Indonesia di tingkat global.
Dengan target ambisius di sektor ekonomi digital dan langkah-langkah strategis lintas sektor, Indonesia optimis menjadi kekuatan utama dalam lanskap ekonomi digital Asia Tenggara menuju 2030.
“Dalam situasi dunia yang penuh ketidakpastian, Indonesia tetap konsisten membuka pasar baru melalui perjanjian internasional dan mendorong kerja sama multilateral,” kata Airlangga.
Adapun, Ketua Umum Apindo Shinta W. Kamdani, dalam data yang dimilikinya, menyatakan bahwa meski UMKM berkontribusi terhadap 61 persen Produk Domestik Bruto (PDB) dan menyerap 97 persen tenaga kerja nasional, hanya 7 persen UMKM terhubung ke rantai pasok domestik, dan 4,1 persen ke pasar global. Tertinggal jauh dari negara tetangga seperti Vietnam (24 persen), Thailand (29 persen), dan Singapura (41 persen).
“UMKM bukan hanya tulang punggung ekonomi nasional, mereka adalah agen transformasi. Acara ini harus jadi momentum perubahan nyata. UMKM harus jadi bagian utama dalam peta ekonomi nasional yang baru,” kata Shinta.
Untuk mendorong penetrasi UMKM ke rantai pasok yang lebih masif, Shinta menyampaikan pentingnya semangat "Indonesia Incorporated", yakni kolaborasi terintegrasi antara pemerintah, sektor swasta, masyarakat, dan akademisi.
“Ini untuk membangun ekosistem UMKM yang tangguh, efisien, dan terbuka terhadap inovasi. Kita harus buka akses, bangun jejaring, dan dorong UMKM agar jadi motor penggerak menuju Indonesia Emas 2045,” pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rahmat Saepulloh
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait:
Advertisement