Kredit Foto: Kemenperin
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita melakukan pertemuan bilateral dengan Menteri Luar Negeri Republik Belarus, Maxim Vladimirovich Ryzhenkov di Jakarta pada Rabu (6/8/2025)
Pertemuan tersebut merupakan tindak lanjut dari pertemuan bilateral antara Presiden Prabowo Subianto dengan Presiden Republik Belarus, Aleksandr Lukashenko di Minsk pada 15 Juli 2025 lalu yang membahas sejumlah isu di berbagai sektor seperti perdagangan, industri, dan pemenuhan kebutuhan strategis.
Baca Juga: Kawasan Ekonomi Khusus dan Digitalisasi Kunci Ekonomi 8%
Dan pertemuan ini menjadi momentum penting dalam mempererat hubungan bilateral antara Indonesia dan Belarusia, khususnya di sektor industri.
“Jadi ini merupakan sebuah hal yang segar bagi penguatan hubungan antara Indonesia dan Belarus,” ujar Menperin usai pertemuan, dikutip dari siaran pers Kemenperin, Kamis (7/8).
Menperin menyampaikan, Belarusia merupakan bagian dari kawasan Eurasia, yang saat ini tengah dijajaki secara intensif oleh Indonesia untuk menjalin kerja sama melalui perjanjian perdagangan bebas dengan negara-negara anggota Eurasian Economic Union (IEAEU).
“Penandatanganan perjanjian ini akan membuka akses pasar yang lebih luas bagi produk Indonesia. Kami melihat potensi negara-negara Eurasia cukup kuat, dan produk kita memiliki peluang besar untuk mengisi pasar tersebut,” ujarnya.
Belarusia sebagai salah satu negara yang penting yang ada di kawasan Eurasia, lanjut Menperin, akan memainkan peran penting dalam membantu percepatan penandatangan kerja sama tersebut, sehingga bisa memperkuat hubungan ekonomi, termasuk hubungan dagang dengan Indonesia.
Kendati nilai perdagangan antara Indonesia dan Belarusia masih tergolong kecil, Menperin optimistis terdapat ruang pertumbuhan yang besar. Indonesia belum menjadi mitra dagang utama Belarusia, sehingga diperlukan strategi diversifikasi pasar untuk memperkuat ekspansi produk nasional ke kawasan tersebut.
“Saya kira target trading antara Indonesia dengan Belarusia, kalau kita tetapkan dalam 2-3 tahun bisa naik lima kali lipat, itu nggak hal yang berlebihan ya,” ungkapnya.
Dalam pertemuan tersebut, kedua belah pihak juga membahas potensi pembentukan joint venture di sektor-sektor strategis seperti otomotif dan komponen, alat berat dan mesin pertanian, industri berbasis agro seperti produk sawit, karet, dan biofuel, industri metalurgi, serta pengembangan kawasan industri dan ekosistem Industri 4.0.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
Editor: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
Tag Terkait:
Advertisement