Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Belajar Bisnis dari La Liga: Strategi Ekonomi Klub Sepak Bola Spanyol

Belajar Bisnis dari La Liga: Strategi Ekonomi Klub Sepak Bola Spanyol Kredit Foto: Real Madrid Official
Warta Ekonomi, Jakarta -

Sepak bola bukan cuma soal gol dan trofi. Di balik gemerlap stadion dan sorak-sorai suporter, ada mesin bisnis yang bekerja keras menjaga klub tetap hidup dan kompetitif. 

Salah satu liga yang sukses menggabungkan prestasi dan profit adalah La Liga, liga utama Spanyol yang jadi rumah bagi klub-klub legendaris seperti Real Madrid, Barcelona, dan Atlético Madrid.

Tapi apa sih rahasia bisnis mereka? Yuk, kita bongkar strategi ekonomi klub-klub La Liga yang bisa jadi inspirasi buat siapapun yang tertarik dengan dunia bisnis olahraga.

1. Pendapatan Melejit, Utang Terkendali

Musim 2023/2024 jadi titik balik finansial bagi La Liga. Liga ini mencatatkan pendapatan tertinggi sepanjang sejarah: lebih dari €5 miliar atau sekitar Rp 97 triliun. Hebatnya, mereka tetap menjaga utang tetap stabil dan memperkuat solvabilitas finansial. Artinya, mereka tumbuh tanpa kebablasan.

Strategi utamanya? Diversifikasi pendapatan—bukan cuma dari tiket dan hak siar, tapi juga dari sponsor, lisensi, dan ekspansi global. Bahkan harga tiket tetap terjangkau, tapi stadion tetap penuh, dengan 16 juta penonton sepanjang musim.

Di sisi lain, Liga Spanyol terus bertahan di 5 besar liga top di Eropa. Di negara Asia termasuk Indonesia, basis penggemar liga ini juga cukup besar. Tidak heran ulasan seputar liga Spanyol di sejumlah media termasuk dailysports.id menuai banyak perhatian.

2. Suntikan Dana untuk Masa Depan

Tidak hanya menyimak jadwal laga dan update klasemen di dailysports aja, sisi lain seputar pengelolaan ekonomi klub La Liga juga menarik untuk disimak.

Sejak 2021, La Liga menggandeng investor CVC Capital Partners untuk meluncurkan program BOOST La Liga. Klub-klub mendapat suntikan dana segar, tapi bukan untuk belanja pemain semata. Dana ini diarahkan ke:

  • Renovasi stadion dan pusat latihan
  • Pengembangan brand dan produk digital
  • Strategi komunikasi dan teknologi
  • Ekspansi global dan konten digital

Setiap klub wajib mengalokasikan minimal 70% dana untuk pengembangan bisnis jangka panjang. Hanya 15% yang boleh dipakai untuk beli pemain, dan sisanya untuk bayar utang. Jadi, bukan asal boros, tapi investasi yang terukur.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Annisa Nurfitri

Advertisement

Bagikan Artikel: