Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Pergantian Menteri Keuangan dari Sri Mulyani Indrawati kepada Purbaya Yudhi Sadewa dipandang analis sebagai momentum penting untuk menguji konsistensi pemerintah dalam menjaga disiplin fiskal sekaligus melanjutkan agenda reformasi struktural. Purbaya, yang sebelumnya menjabat Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), kini resmi dipercaya Presiden Prabowo Subianto untuk menggantikan Sri Mulyani di kursi Menkeu.
“Pasar kini menaruh perhatian pada kesinambungan disiplin fiskal, sembari menantikan strategi baru dari Menkeu yang ditunjuk di tengah perlambatan ekonomi. Purbaya sebelumnya mendukung program prioritas pemerintah dan menilai target pertumbuhan ekonomi di atas 6% masih realistis. Namun, kunci utamanya adalah eksekusi kebijakan, termasuk menjaga kredibilitas dengan tetap mempertahankan batas defisit anggaran 3% terhadap PDB,” ungkap analis Macquarie, Ari Jahja dalam risetnya Selasa (9/9).
Meski demikian, tantangan eksternal masih membayangi. Risiko arus keluar modal asing menjadi sorotan, meskipun pada Agustus sempat tercatat arus masuk sebesar US$675 juta. Analis menilai kesinambungan aliran modal akan sangat bergantung pada kecepatan eksekusi reformasi. “Mobilitas masyarakat meningkat seiring meredanya gelombang demonstrasi, tetapi dalam jangka menengah masih ada pertanyaan terkait kecepatan eksekusi reformasi struktural,” jelas Ari.
Dari sisi belanja, pemerintah diprediksi menggenjot realisasi di semester II-2025. “Kenaikan belanja pemerintah pada paruh kedua 2025 dibandingkan paruh pertama akan krusial untuk mendukung pertumbuhan. Defisit fiskal diperkirakan melebar hingga Juli 2025. Indeks PMI menunjukkan tanda-tanda ekspansi pada Agustus,” sebut Ari.
Baca Juga: Dilantiknya Purbaya Yudhi Sadewa, Ekonom Sebut Sinyal Peran Aktif Pemerintah dalam Pembangunan
Selain itu, penciptaan lapangan kerja baru dan peningkatan belanja modal BUMN menjadi sorotan. “Pasar juga menanti penciptaan lapangan kerja baru dan peningkatan belanja modal BUMN, di tengah potensi perlambatan investasi swasta,” tambah Ari.
Dalam isu nilai tukar, Bank Indonesia disebut siap menjaga stabilitas rupiah. “Cadangan devisa turun ke US$150,7 miliar pada Agustus (setara 6,3 bulan impor), terendah sejak November 2024,” kata Ari.
Secara keseluruhan, analis menegaskan reformasi tetap menjadi kunci. “Pasar menunggu dorongan lebih jauh pada langkah-langkah struktural guna meningkatkan daya saing: mulai dari peningkatan rasio pajak, belanja yang lebih terarah, eksekusi program prioritas yang lebih baik, hingga kemudahan berusaha,” tutur Ari.
Ia juga mencatat pasar obligasi pemerintah masih positif dengan arus masuk +US$4,1 miliar secara year-to-date. Namun, pasar saham justru mencatat arus keluar -US$3,3 miliar. “Kami menyarankan sikap defensif untuk saat ini; pilih saham dengan neraca keuangan kuat, dividen tinggi, serta potensi turnaround,” pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait:
Advertisement