Di Tengah Transformasi Teknologi, RI Butuh Generasi Muda Tak Hanya Cerdas Intelektual
Kredit Foto: Microsoft Indonesia
Bangsa Indonesia membutuhkan generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki kecerdasan emosional dan spiritual di tengah arus perubahan global yang ditandai dengan perkembangan teknologi, kecerdasan buatan (artificial intelligence), serta banjir informasi di ruang digital.
Hal tersebut disampaikan Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), saat memberikan orasi kebangsaan pada acara Wisuda dan Penerimaan Mahasiswa Baru Universitas Ari Ginanjar (UAG) dan ESQ Business School di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Baca Juga: Konektivitas Bengkulu–Enggano yang Lebih Baik Bakal Buka Peluang Ekonomi Baru
“Di dunia yang serba cepat dan penuh ketidakpastian, kita bisa menjadi korban dari teknologi, bahkan budak dari teknologi itu sendiri. Karena itu, nilai, prinsip, serta kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual harus menjadi pegangan utama generasi muda,” ujar Menko AHY, dikutip dari siaran pers Kemenko Infra, Rabu (17/9).
Menko AHY menegaskan, meskipun Indonesia kaya akan sumber daya alam, keunggulan bangsa tidak boleh hanya bergantung pada itu. Justru SDM unggul yang berkualitas, produktif, dan berdaya saing tinggi menjadi faktor penentu bagi lompatan besar bangsa di masa depan.
“Indonesia memiliki populasi 280 juta jiwa, dengan 70 persen berada pada usia produktif. Demographic window ini hanya terbuka dalam periode terbatas. Jangan sampai peluang emas ini terlewat, karena di situlah kunci transformasi menuju Indonesia Emas 2045,” jelasnya.
Dalam kesempatan itu, Menko AHY memberikan apresiasi kepada pendiri UAG sekaligus tokoh pendidikan Dr. Ari Ginanjar atas kontribusinya membangun generasi bangsa melalui pendekatan pengembangan IQ, EQ, dan SQ.
Menko AHY juga berpesan kepada para wisudawan dan mahasiswa baru agar tidak berhenti belajar setelah lulus, melainkan terus mengasah kemampuan diri serta memberi kontribusi nyata bagi masyarakat.
“Hidup adalah universitas yang abadi. Gelar penting, tapi lebih penting lagi bagaimana ilmu dan pengalaman kita memberi manfaat bagi bangsa dan negara,” tegasnya.
Lebih lanjut, Menko AHY menekankan bahwa pembangunan bangsa tidak hanya soal infrastruktur fisik, melainkan juga pembangunan manusia sebagai inti. Oleh karena itu, pemerintah terus mendorong pembangunan yang menempatkan rakyat sebagai prioritas utama.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
Editor: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
Tag Terkait:
Advertisement