Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Wamen LH: Pertumbuhan Tanpa Keberlanjutan Mustahil, 2.000 Pulau Terancam Tenggelam 2050

Wamen LH: Pertumbuhan Tanpa Keberlanjutan Mustahil, 2.000 Pulau Terancam Tenggelam 2050 Kredit Foto: Ist
Warta Ekonomi, Jakarta -

Wakil Menteri Lingkungan Hidup (LH) Diaz Hendropriyono menegaskan bahwa keberlanjutan (sustainability) bukanlah beban tambahan bagi dunia usaha, melainkan fondasi masa depan industri. Ia menyatakan tantangan utama para pemimpin bisnis saat ini adalah menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi dengan keberlanjutan.

“Perusahaan tidak bisa lagi memandang sustainability sebagai beban tambahan. Justru ini syarat utama agar industri bisa bertahan di masa depan. Pertumbuhan tanpa keberlanjutan itu mustahil,” tegas Diaz dalam keterangan di Jakarta, Jumat (19/9/2025).

Diaz memperingatkan dunia menghadapi risiko serius akibat perubahan iklim. Tahun 2024 tercatat sebagai tahun dengan suhu rata-rata global tertinggi, dan tren tersebut berlanjut pada 2025.

Baca Juga: Menteri KLH: Pengelolaan Sampah Jadi Kunci Sukses Program Gizi Nasional

“Kalau kita terus business as usual, 2050 nanti bisa ada 2.000 pulau di Indonesia yang tenggelam karena kenaikan permukaan laut,” ujarnya.

Untuk merespons tantangan itu, pemerintah telah menetapkan target ambisius dalam RPJMN: pengelolaan sampah 100% pada 2029 dan penurunan emisi gas rumah kaca sebesar 31,89% dengan upaya sendiri, serta hingga 43,2% dengan dukungan internasional pada 2030.

“Pemerintah tidak bisa bekerja sendiri. Sektor swasta harus menjadi motor inovasi hijau agar kita bisa mencapai Net Zero Emission 2050,” ucapnya.

Diaz juga menekankan bahwa inovasi teknologi hijau dan manajemen lingkungan harus dipandang sebagai peluang, bukan beban. Ia menyoroti pentingnya integrasi aspek keberlanjutan dalam PROPER (Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan) yang kini diperluas untuk menilai pengelolaan sampah dan emisi.

Baca Juga: Anggaran Naik 30%, KLH/BPLH Gaspol Transformasi Lingkungan 2026

“Industri masa depan adalah industri restoratif. Industri ekstraktif dan destruktif tidak lagi relevan. Inovasi adalah satu-satunya jalan,” ungkapnya.

Ia mengajak dunia usaha memandang keberlanjutan sebagai investasi jangka panjang. “Sustainability bukan jargon kosong. Ini adalah masa depan industri kita. Mari buktikan bahwa pertumbuhan ekonomi dan keberlanjutan bisa berjalan beriringan,” pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Djati Waluyo
Editor: Djati Waluyo

Advertisement

Bagikan Artikel: