Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Geopolitik Panas dan Sinyal The Fed Dorong Dolar Perkasa

Geopolitik Panas dan Sinyal The Fed Dorong Dolar Perkasa Kredit Foto: Antara/Rivan Awal Lingga
Warta Ekonomi, Jakarta -

Indeks dolar Amerika Serikat (AS) kembali menguat pada perdagangan Rabu (24/9/2025), dipicu ketegangan geopolitik serta sikap hati-hati bank sentral AS, The Federal Reserve, terkait arah kebijakan suku bunga.

Pengamat ekonomi, mata uang, dan komoditas, Ibrahim Assuaibi, menilai penguatan indeks dolar tidak lepas dari meningkatnya risiko pasokan energi global akibat konflik Rusia–Ukraina. 

Presiden AS Donald Trump dalam pidatonya di Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa menyatakan negara-negara NATO harus menembak jatuh pesawat Rusia jika melanggar wilayah udara aliansi. Ia juga menegaskan Ukraina dapat merebut kembali seluruh wilayahnya dari Rusia.

Baca Juga: Presiden Trump Puji Pidato Presiden Prabowo di PBB: 'You Did a Great Job'

“Pernyataan itu meningkatkan ketegangan dan risiko sanksi baru terhadap energi Rusia, yang berpotensi memperketat pasokan global,” ujar Ibrahim, dalam keterangannya.

Situasi makin diperparah oleh laporan Bloomberg yang menyebut otoritas Rusia mempertimbangkan pembatasan ekspor diesel menyusul serangan drone Ukraina ke fasilitas energi. Kondisi ini mendorong investor beralih ke aset safe haven seperti dolar AS.

Dari sisi kebijakan moneter, Ketua The Fed Jerome Powell menegaskan tantangan menjaga keseimbangan antara pengendalian inflasi dan risiko ketenagakerjaan.

Powell menilai tidak ada “jalur bebas risiko” bagi The Fed dalam menghadapi inflasi yang persisten dan pelemahan pasar tenaga kerja.

Presiden Federal Reserve Bank of Chicago Austan Goolsbee menambahkan, The Fed memiliki ruang menurunkan suku bunga jika inflasi melandai, namun mengingatkan risiko inflasi masih tinggi. Pasar saat ini memperkirakan dua kali pemangkasan suku bunga hingga akhir tahun, meski Powell enggan memberi sinyal jelas mengenai waktunya.

Sementara itu, dampak eksternal turut memengaruhi pergerakan rupiah. Pada perdagangan sore ini, rupiah ditutup menguat tipis 3 poin di level Rp16.684 per dolar AS, setelah sempat menguat 30 poin. 

"Namun, untuk perdagangan esok hari, rupiah diperkirakan bergerak fluktuatif di kisaran Rp16.680–Rp16.730 per dolar AS," jelas Ibrahim.

Baca Juga: Ditemui Menkeunya Trump, Sosok Ini Diprediksi Jadi Pengganti Ketua The Fed

Dari sisi makroekonomi, Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) merevisi naik proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 4,9% untuk 2025 dan 2026. 

Proyeksi ini masing-masing naik 0,2 dan 0,1 poin persentase dibanding laporan Juni 2025. OECD menilai pelonggaran kebijakan moneter, kuatnya investasi publik, serta konsumsi domestik yang tangguh menjadi motor pertumbuhan.

Namun, lembaga tersebut mengingatkan risiko tetap ada, terutama dari pelemahan perdagangan global dan depresiasi rupiah. Tekanan kurs diperkirakan memicu kenaikan inflasi dari 1,9% pada 2025 menjadi 2,7% pada 2026.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Annisa Nurfitri

Advertisement

Bagikan Artikel: