Kredit Foto: Istimewa
Gani AI, perusahaan teknologi asal Indonesia, mengambil langkah berani untuk melampaui sekadar menjadi penyedia layanan kecerdasan buatan (AI). Dengan strategi ganda, perusahaan ini menargetkan ekspansi global melalui diferensiasi produk dan pelatihan model AI khusus di bidang hukum, pajak, dan akuntansi yang disesuaikan dengan regulasi di lebih dari 20 negara.
“Jadi, kita ingin menjadi perusahaan dengan pendiri asal Indonesia pertama yang, mudah-mudahan, berhasil mendobrak pasar internasional,” ujar Pendiri Gani AI, Bintang Hidayanto, Senin (29/9).
Bintang, yang juga merupakan seorang praktisi hukum, bertekad membawa Gani AI menjadi pemain utama di panggung global. Langkah tersebut dimulai melalui pengembangan produk seperti Gani Atlas, solusi berbasis AI yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan korporasi regional dan multinasional.
“Kita membedakan diri dengan produk yang tidak hanya berupa AI as a Service, tapi juga Software as a Service (SaaS) yang dirancang khusus untuk perusahaan-perusahaan besar. Kita yakin, dengan penawaran seperti ini, kita berada di posisi yang berbeda dibandingkan kebanyakan perusahaan AI lainnya,” jelasnya.
Baca Juga: Cloudflare Umumkan Rencana Luncurkan Stablecoin Dolar AS
Tidak hanya itu, Bintang menjelaskan Gani Atlas merupakan produk baru yang juga menyasar pengguna korporat. Selain itu, Gani Atlas memadukan deep vertical AI di sektor hukum dan regulasi dengan kemampuan mengubah data tak terstruktur dokumen, kontrak, dan ketentuan peraturan menjadi struktur analitik yang bisa diproses mesin untuk pencarian, penarikan konteks, dan rekomendasi preskriptif.
“Contohnya, user bisa upload ribuan data secara acak, user dapat kemudian memahami informasi yang terkandung dengan cara yang sangat dan mudah dibantu dengan AI,” ungkap Bintang.
Lebih dari sekadar pertumbuhan bisnis, Gani AI juga menggarisbawahi pentingnya edukasi pasar dan keamanan data dalam proses ekspansi. Menurut Bintang, tantangan terbesar justru bukan pada aspek teknis, melainkan pada kesalahpahaman publik terhadap kemampuan AI.
“Banyak yang masih menganggap AI sebagai solusi maha-bisa. Padahal, AI seharusnya diposisikan sebagai alat bantu yang terbatas, bukan solusi otomatis untuk semua masalah,” tegas dia.
Ia menambahkan, pemahaman yang tepat tentang AI menjadi kunci untuk meningkatkan produktivitas dan efektivitas penggunaan teknologi dalam berbagai sektor. “Jika AI dijadikan sebagai engine untuk membantu pekerjaan atau meningkatkan produktivitas, di situlah teknologi ini benar-benar bisa berfungsi optimal,” ungkapnya.
Dalam menghadapi kekhawatiran privasi, khususnya dari klien korporasi, Gani AI mengambil pendekatan yang berbeda. Mereka tidak menghubungkan foundation model dari pihak ketiga secara langsung ke sistem pengguna, melainkan menjalankan model tersebut di infrastruktur milik sendiri.
“Pendekatan kami sedikit berbeda dari kebanyakan perusahaan AI as a Service. Model tersebut kami salin, kami jalankan di server milik kami sendiri, sehingga seluruh data dan proses tetap berada dalam sistem yang kami kendalikan. Ini untuk mencegah potensi kebocoran data ke pihak ketiga,” ujar Bintang
Langkah ini diperkuat dengan kepemilikan sertifikasi ISO 27001, yang menjamin keamanan dan integritas data pelanggan sebuah aspek krusial dalam ekspansi global mereka. Dalam visi jangka panjangnya, Gani AI menargetkan untuk melayani pasar di seluruh dunia.
Baca Juga: Trump Desak Microsoft Pecat Sosok Ini, Sebut Ancaman Keamanan AS
Untuk mewujudkan hal itu, perusahaan akan fokus pada pengembangan produk unggulan dan membangun kolaborasi dengan profesional lokal di tiap negara sebagai ujung tombak penjualan dan pemasaran.
“Kami ingin tim tetap lincah, tidak membebani organisasi dengan struktur yang terlalu kompleks. Kolaborasi dengan mitra lokal akan membuat kami lebih responsif terhadap kebutuhan pasar masing-masing negara,” tambah dia.
Dengan pendekatan berbasis teknologi, etika, dan kolaborasi global, Gani AI optimis dapat menjadi perusahaan teknologi asal Indonesia yang mampu bersaing di pasar internasional bukan hanya sebagai pemain, tetapi sebagai pemimpin.
Untuk diketahui, Gani sekarang beroperasi dari Indonesia dan Singapura dengan pengguna lebih dari 10 negara dan sedang dalam proses mendirikan anak perusahaan di Jepang. Pendiri Gani.AI adalah Bintang Hidayanto, seorang praktisi hukum, dan Timur Nugroho, pelaku bisnis dan teknologi.
Bintang Hidayanto merupakan mitra hukum dengan peringkat Chambers, yang pernah menjadi Managing Partner GHP Law Firm. Ia juga pernah berkarier di Norton Rose Fulbright serta menjabat Deputi Staf Khusus Presiden pada era pemerintahan Joko Widodo.
Sementara itu, Timur Nugroho, memiliki rekam jejak panjang di perusahaan teknologi dan keuangan terkemuka seperti LinkAja, Ajaib, hingga National Australia Bank.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Belinda Safitri
Editor: Belinda Safitri
Tag Terkait:
Advertisement