Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Finex Sebut Investor Perlu Bersiap, Harga Perak Berpotensi Naik Jangka Panjang

Finex Sebut Investor Perlu Bersiap, Harga Perak Berpotensi Naik Jangka Panjang Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Langkah Indonesia menuju era energi baru terbarukan (EBT) kini semakin konkret dan terasa dampaknya. Dorongan kuat pemerintah untuk mengakselerasi adopsi panel surya dan kendaraan listrik (EV) tidak hanya mulai mengubah lanskap energi nasional, tetapi juga menciptakan riak di pasar komoditas global dengan memicu kenaikan permintaan perak.

Komitmen ini tertuang dalam peta jalan yang jelas. Pemerintah telah menargetkan net zero emission pada 2060, yang didukung oleh program-program masif seperti instalasi panel surya atap, pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) berskala besar, hingga percepatan penggunaan mobil listrik di jalan raya.

Secara strategis, serangkaian kebijakan ini menempatkan Indonesia dalam dua peran penting di panggung dunia. Indonesia kini tidak hanya dipandang sebagai pasar potensial bagi teknologi hijau, tetapi juga menjadi pemain kunci dalam rantai pasok global untuk komoditas yang menopang era energi bersih.

Baca Juga: Harga Emas Menuju $4.000, Finex Ingatkan Trader Manfaatkan Peluang

“Panel surya dan mobil listrik adalah katalis besar bagi kenaikan permintaan perak dunia. Rata-rata 1 GW panel surya menyerap 10-ton perak, sementara satu unit kendaraan listrik mengandung 25–50-gram perak. Ketika adopsi dua teknologi ini terus meningkat, pasar perak global akan menghadapi tekanan permintaan struktural yang signifikan,” ujar Financial Analyst Finex, Brahmantya Himawan, Senin (6/10/2025) dalam keterangannya.

Menurut data global, kapasitas instalasi panel surya telah mencapai lebih dari 550 GW per tahun. Dengan kebutuhan rata-rata 10-ton perak per GW, konsumsi perak dari sektor surya saja dapat mencapai 5.500 ton per tahun. 

Ditambah penjualan EV global yang sudah menembus 20 juta unit per tahun, kebutuhan perak dari sektor otomotif dapat menyumbang tambahan 500–1.000 ton per tahun.

Baca Juga: Gelar Program Heroes of Happiness, Finex Bagikan Bantuan Sembako dan Dukungan Keuangan untuk Veteran di Bandung

Tekanan ini diperparah oleh kondisi pasokan yang stagnan. Meksiko, produsen perak terbesar dunia, dilaporkan menghadapi keterbatasan cadangan dan penurunan produksi dua digit dalam satu dekade terakhir. 

Ketika permintaan terus meningkat sementara suplai menipis, harga perak berpotensi mengalami tren naik struktural dalam lima tahun ke depan. 

“Selain fungsi tradisionalnya sebagai aset lindung nilai saat krisis, kini perak mendapat dorongan baru dari sektor teknologi hijau. Kombinasi ini bisa menciptakan siklus kenaikan harga jangka panjang. Investor perlu jeli melihat peluang diversifikasi portofolio melalui instrumen berbasis logam mulia,” tutup Brahmantya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Amry Nur Hidayat

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: