Kredit Foto: Humas DBS
Preferensi investor global kini bergeser ke instrumen pendapatan tetap. DBS Bank menilai, obligasi kini menjadi pilihan utama di tengah ketidakpastian pasar dan suku bunga tinggi.
Hou Wey Fook, Chief Investment Officer DBS Bank, menyebut kondisi fundamental ekonomi AS yang tangguh tidak pula menjadikan saham sebagai pilihan paling menarik.
“Obligasi saat ini lebih disukai daripada saham,” ujar Hou, Selasa (14/10/2025).
Baca Juga: DBS Nilai Stimulus Fiskal Perkuat Daya Tarik Obligasi Berkualitas
Ia menjelaskan, meskipun pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) AS stabil dengan penjualan ritel dan upah yang kuat, selisih imbal hasil antara laba korporasi dan obligasi Treasury 10 tahun kini negatif, sehingga mendukung pergeseran preferensi ke obligasi.
Hou menuturkan, arus dana ke reksa dana saham mulai melambat, sedangkan pasar obligasi menarik aliran dana signifikan.
Adapun faktor utama pendorongnya adalah imbal hasil yang menarik dan karakter defensif obligasi yang memberikan perlindungan portofolio selama periode pasar tidak pasti.
Selain itu, DBS juga merekomendasikan sikap hati-hati terhadap obligasi jangka sangat panjang akibat tekanan inflasi yang masih persisten dan kekhawatiran atas kredibilitas The Fed di tengah siklus pemotongan suku bunga.
Menurut Hou, investor kini lebih memilih kredit korporasi berkategori investment grade dibanding obligasi pemerintah.
Baca Juga: Emiten RS Mayapada (SRAJ) Lunasi Obligasi Rp407,9 Miliar
“Kami lebih memilih kredit korporasi berkategori investasi daripada obligasi pemerintah, karena perusahaan-perusahaan AS mendapat manfaat dari pemotongan pajak, sementara obligasi pemerintah menghadapi tantangan fiskal,” kata Hou.
Ia menambahkan, selisih kredit yang tetap ketat didukung oleh penundaan penerbitan obligasi dan ekspektasi adanya dukungan dari The Fed.
Dalam konteks ini, kredit korporasi berkualitas tinggi seperti peringkat A/BBB menawarkan nilai lebih baik dibanding obligasi berimbal hasil tinggi.
DBS menilai, di tengah dinamika geopolitik dan ketidakpastian kebijakan moneter global, obligasi berpotensi menjadi instrumen unggulan untuk menjaga stabilitas portofolio dan mengoptimalkan imbal hasil dalam jangka menengah.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Azka Elfriza
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait:
Advertisement