Kredit Foto: Reuters/Aly Song
Amerika Serikat (AS) dan China bersama menghadiri pertemuandari Global Sovereign Debt Roundtable. Keduanya datang dengan fokus pembahasan pada kurangnya transparansi pinjaman bank yang dinilai memperumit upaya restrukturisasi utang dalam negara-negara berkembang.
Kepala Strategi Dana Moneter Internasional (IMF) Ceyla Pazarbasioglu mengatakan keikutsertaan kedua ekonomi terbesar dunia tersebut menunjukkan komitmen mereka untuk terus menangani tingginya beban utang negara berkembang.
Baca Juga: Anak Buah Purbaya Umumkan Pemerintah Tarik Utang Baru Rp501,5 Triliun di September 2025
“Diskusi ini penting untuk menyatukan pandangan semua pihak. Fakta keduanya akan hadir menunjukkan komitmen mereka terhadap pembahasan ini,” ujar Pazarbasioglu, Kamis (16/10).
Ia menyebut forum tersebut telah membantu mempercepat proses restrukturisasi utang resmi dan obligasi, meski masih ada tantangan besar pada utang non-obligasi.
Menurut Pazarbasioglu, transparansi menjadi perhatian utama, khususnya terkait utang non-obligasi yang masih tertinggal dalam proses restrukturisasi.
“Mereka ingin melihat lebih banyak keterbukaan dalam data utang dan mendukung upaya publikasi data oleh negara debitur,” ujarnya.
Pazarbasioglu menambahkan, sejumlah negara telah menyelesaikan restrukturisasi sebagian utangnya. Namun masih menghadapi paparan dari pinjaman bank yang membuat lembaga pemeringkat belum bisa menghapus status gagal bayar mereka.
Baca Juga: Tolak Bayar Utang Kereta Cepat, Purbaya: Kalo Pake APBN Lucu
Pazarbasioglu mengatakan langkah untuk meningkatkan transparansi ini penting agar negara-negara tersebut dapat kembali mengakses pembiayaan dengan biaya lebih rendah.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Advertisement