House of Indonesiana Jadi Jembatan Diplomasi Budaya dan Industri Kreatif Indonesia-Korea
Kredit Foto: Istimewa
Program House of Indonesiana (HOI) menekankan bahwa kolaborasi lintas negara mampu memperkuat fondasi industri kreatif Indonesia. Melalui kerja sama antara Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia dengan Kementerian Kebudayaan, Olahraga, dan Pemuda Republik Korea, HOI membuka ruang pembelajaran yang menjembatani pendidikan, industri, dan diplomasi budaya dalam satu wadah kreatif yang dinamis.
Salah satu implementasinya terlihat dalam pelatihan dan produksi konten animasi di HOI Training Center Jakarta. Para peserta mendapatkan kesempatan berharga untuk belajar langsung dari profesional industri dan terlibat dalam proyek animasi berskala nyata.
Project Manager dari Dipadira Studios, Gisella Ivone, menceritakan bagaimana ia dan timnya berperan dalam mendampingi proses produksi animasi yang melibatkan ratusan peserta HOI dari berbagai level pelatihan.
“Peran utama saya mengelola seluruh proses produksi, mulai dari perencanaan timeline, mengawasi setiap tahap produksi, menjadi penghubung antara tim pelatihan dan tim produksi, hingga memastikan semuanya berjalan sesuai target dan kualitas yang diharapkan,” ungkapnya, dalam sebuah wawancara di HOI Week 2025 yang digelar di Korea 360, Lotte Mall, Jakarta, Kamis, 16 Oktober 2025.
Baca Juga: Rencana Kementerian Ekraf Promosikan Film Animasi Garuda di Dadaku
Ia menjelaskan, program HOI Jakarta terbagi dalam tiga level kelas yakni Basic, Intermediate, dan Advanced. Dipadira dipercaya menangani proses produksi penuh untuk IP animasi Banyu, yang dikerjakan bersama para peserta kelas Advanced.
“Kami ingin peserta tidak hanya belajar teori, tapi merasakan sendiri seperti apa ritme kerja di industri profesional. Mereka kami tempatkan dalam sistem yang menyerupai produksi nyata, lengkap dengan briefing, revisi, hingga evaluasi berkala,” tambah Gisella.
Bagi Gisella, keseimbangan antara nilai budaya lokal dan standar global menjadi kunci penting. Menurutnya, perlu membawa identitas budaya dalam cerita, tapi dikemas dengan standar teknis global. “Dengan begitu hasilnya bisa berakar pada budaya kita, namun tetap mampu bersaing secara internasional,” ujarnya.
Sementara itu, salah satu instruktur kelas Advanced di HOI, Muhammad Septa Varell Syahroni, menuturkan pelatihan ini menghadirkan pengalaman yang berbeda dari pelatihan animasi pada umumnya. Bersama beberapa rekan alumni One Animation Studios, ia membimbing peserta dengan pendekatan simulasi industri.
“Peserta tidak hanya belajar teori, tapi langsung masuk ke workflow profesional. Mereka menggunakan asset animasi dari Dipadira, mengikuti pipeline industri, dan kami push kualitasnya mendekati standar profesional,” jelas Varell.
Menurutnya, banyak peserta datang dengan ide kreatif yang kuat, tetapi masih terbatas dari sisi skill teknikal. “Tugas kami bukan hanya mengajarkan software, tapi membentuk mindset yang benar. Kami ingin mereka berpikir sebagai artist, bukan sekadar operator. Karena di dunia kreatif, yang penting bukan ‘pakai apa’, tapi ‘kenapa dan bagaimana’,” katanya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Belinda Safitri
Tag Terkait:
Advertisement