Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Tangani Isu Missing Middle di Dunia Usaha, KUMPUL Gelar C4C Summit 2025

Tangani Isu Missing Middle di Dunia Usaha, KUMPUL Gelar C4C Summit 2025 Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Sektor usaha kecil saat ini mengalami tantangan missing middle, yakni adanya kesenjangan dalam penyediaan layanan keuangan dan dukungan untuk usaha kecil dan menengah (UKM).

Di Asia Tenggara sendiri terdapat sekitar 71 juta Small Growing Businesses (SGBs) atau Usaha Menengah Awal yang mencakup 97% dari seluruh entitas usaha. Namun, kurang dari 30% memiliki akses ke pembiayaan formal sehingga menciptakan kesenjangan pendanaan tahunan lebih dari USD300 miliar. 

Kondisi ini mendorong KUMPUL, penggerak ekosistem inovasi dan kewirausahaan asal Indonesia, menggelar Connect for Change (C4C) Summit 2025 di Jakarta, Selasa (21/10). Founder KUMPUL sekaligus Chairperson KUMPUL Impact, Faye Wongso, mengungkapkan forum ini mendorong kolaborasi guna membantu pengusaha bertumbuh secara berkelanjutan melalui peningkatan akses terhadap pengetahuan, jaringan, dan pembiayaan.

Baca Juga: AFPI dan OVO Finansial Dorong Inklusi Keuangan Digital Bagi UMKM

Selain itu, pertemuan yang dihadiri kurang lebih 500 partisipan ini bertujuan mendorong adopsi teknologi baru dan model bisnis inovatif yang meningkatkan efisiensi serta keberlanjutan juga memperkuat kemitraan antara startup, korporasi, pemerintah, dan investor dalam merancang kebijakan serta tindakan kolektif untuk pertumbuhan yang inklusif.

Missing middle mencerminkan tantangan bersama dalam memperkuat inklusi, daya saing, dan peluang di seluruh Asia Tenggara. Lewat forum ini kami mempertemukan pemerintah, investor, dan pengusaha untuk merancang kolaborasi yang menjadikan pertumbuhan lebih mudah diakses dan berkelanjutan bagi lebih banyak pelaku usaha,” ujar Faye Wongso.

Faye menambahkan UKM saat ini berada di antara skala mikro dan korporasi besar. Artinya, mereka terlalu besar untuk mikrofinansial, namun dinilai terlalu berisiko bagi modal ventura. Mereka juga menghadapi infrastruktur digital yang terfragmentasi, kesiapan lintas batas yang terbatas, serta adaptabilitas tenaga kerja yang masih rendah.

“Melalui penyelenggaraan Connect for Change Summit 2025, KUMPUL menegaskan kembali peran Indonesia sebagai penghubung regional dalam mendorong kewirausahaan inklusif, inovasi, dan transformasi digital di Asia Tenggara,” tegas dia.

"Forum ini menempatkan isu missing middle sebagai prioritas bersama kawasan dan menjadi fondasi bagi langkah tindak lanjut yang terkoordinasi di antara para mitra yang berpartisipasi,” tambahnya.

Baca Juga: 10 ERP Indonesia Terbaik untuk Bisnis Terintegrasi bersama Mekari Jurnal

Dalam perhelatan ini, KUMPUL turut memperkenalkan Scale-Up Readiness Index (SCRIN), yaitu alat ukur kesiapan bisnis yang dikembangkan oleh KUMPUL untuk membantu pengusaha mengidentifikasi prioritas pertumbuhan dan memperoleh rekomendasi yang disesuaikan.

Selain itu, diluncurkan pula ATLAS x ERIA Whitepaper, yang memuat wawasan utama tentang bagaimana kolaborasi lintas negara, arus modal, dan kemitraan ekosistem dapat mempercepat ekspansi startup serta memperkuat daya saing regional.

“Fokus kami adalah membangun alat dan kerangka kerja praktis yang menjadikan kolaborasi dapat diukur. Melalui alat seperti SCRIN dan wawasan dari mitra kunci seperti ATLAS Alliance, kami menciptakan infrastruktur kolaboratif untuk membantu pengusaha dan pembuat kebijakan mengidentifikasi faktor pendorong pertumbuhan yang skalabel dan inklusif, serta bertindak bersama untuk mewujudkannya,” kata Mega Prawita, Managing Director KUMPUL.

Delegasi dari Indonesia, Malaysia, Australia, Korea Selatan, Jepang, Singapura, Thailand, Filipina, dan Vietnam, bersama perwakilan dari berbagai lembaga regional dan multilateral seperti ASEAN Foundation, Austrade, ERIA, AVPN, Delegasi Uni Eropa untuk ASEAN, Global Tech Advocate, dan British Chamber Indonesia, berkumpul untuk memperkuat kerangka kolaborasi bagi ekosistem kewirausahaan di kawasan.

Selain sesi pleno, Connect for Change Summit 2025 juga menghadirkan tiga sesi business matching, sesi pitching dua arah antara startup dan investor, kegiatan networking, forum eksekutif tertutup, serta sesi masterclass hub.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Belinda Safitri
Editor: Belinda Safitri

Advertisement

Bagikan Artikel: