Kredit Foto: Wafiyyah Amalyris K
Kementerian Pariwisata (Kemenpar) mendorong pelaku kuliner untuk naik kelas lewat pengembangan kualitas produk serta perluasan akses pasar dan pembiayaan.
Hal tersebut diwujudkan Kemenpar melalui Asdep Pengembangan Usaha dan Akses Permodalan dengan menyelenggarakan Food Startup Indonesia (FSI) sebagai program berkelanjutan.
Baca Juga: Tumbuh Pesat, Keuangan Digital Jadi Pendorong Ekonomi Digital
Tahun ini, sebanyak 48 pelaku usaha berhasil lolos tahap kurasi dan berhak mengikuti pendampingan dalam Demoday Food Startup Indonesia yang berlangsung pada 29–31 Oktober 2025 di Hotel Movenpick, Jakarta.
“Food Startup Indonesia adalah program yang mendorong pelaku UKM naik kelas, dari usaha kecil menjadi menengah, dan dari menengah menjadi besar melalui dua aspek utama, yakni pengembangan pasar atau produk dan pembiayaan,” ujar Deputi Bidang Industri dan Investasi Kemenpar, Rizki Handayani, di sela kegiatan Demoday FSI 2025 di Jakarta, Rabu kemarin, dikutip dari siaran pers Kemenpar, Jumat (31/10).
Selama tiga hari kegiatan, para peserta mendapatkan bimbingan dari mentor profesional yang berpengalaman di industri kuliner, mencakup pengelolaan bisnis, strategi pengembangan produk, hingga peningkatan daya saing.
Dari seluruh peserta, nantinya akan terpilih 10 finalis yang akan mendapatkan kesempatan melakukan final pitching di hadapan calon investor, pakar industri, jaringan pasar internasional, serta mitra strategis lainnya.
Melalui keseluruhan rangkaian kegiatan, para peserta diharapkan dapat memaksimalkan potensi permodalan dan kolaborasi lintas sektor untuk membuka peluang kerja sama dalam mendorong pertumbuhan bisnis. Pada akhirnya, program ini diharapkan turut memperkuat ekosistem wisata kuliner sebagai daya tarik wisata yang berkelanjutan.
“Melalui program ini kami juga ingin menanamkan jiwa entrepreneurship kepada para peserta. Para mentor akan berbagi strategi pengembangan usaha melalui inovasi sekaligus membekali peserta dengan kemampuan menghadapi tantangan di masa depan,” ujar Rizki.
Selain memperluas jaringan pasar dan akses pembiayaan, Rizki juga menekankan pentingnya kekuatan narasi atau storytelling dalam produk kuliner. Menurutnya, kekuatan cerita di balik produk mampu memperkuat daya tarik emosional konsumen terhadap kuliner lokal.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
Editor: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
Tag Terkait:
Advertisement