Dunia Kerja Mulai Fase Baru dengan Kehadiran Teknologi AI, Begini Respons Apindo
Kredit Foto: Istimewa
Ketua Umum DPN Apindo, Shinta Kamdani, secara tegas mengatakan bahwa dunia kerja di Indonesia tengah memasuki fase baru.
Menurutnya, perubahan teknologi yang kian cepat, terutama lewat kehadiran kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI), langsung menjadi sorotan dalam Industrial Relation Conference ke-11 yang digelar Apindo Training Center (ATC) di Surabaya kemarin.
Selain itu, sebut Shinta, tantangan hubungan industrial kini tak hanya soal tenaga kerja dan perusahaan, tetapi juga soal kemampuan adaptasi terhadap teknologi.
"Otomasi dan digitalisasi sudah mengubah dunia. Jenis pekerjaan juga berubah, maka perusahaan harus ikut beradaptasi, termasuk dalam hal keterampilan tenaga kerja,” tegas Shinta.
Baca Juga: Jadi Advocate dan Enabler, APINDO Kuatkan Ekosistem UMKM Sebagai Pilar Ekonomi Nasional
Menurut Shinta, literasi digital menjadi kunci penting di tengah perubahan ini. Namun, ia mengingatkan bahwa transformasi digital juga memengaruhi ketersediaan lapangan kerja.
“Selain menyiapkan upskilling, kita harus tetap menciptakan lapangan pekerjaan yang berkualitas. Termasuk sektor informal yang berperan penting menopang industri padat karya,” tambahnya.
Shinta menegaskan, ada tiga fokus utama yang perlu dijaga dalam semangat Indonesia Incorporated: mencegah PHK, menciptakan lapangan kerja, dan menjaga daya saing industri.
Ia juga memaparkan data terkini yang menunjukkan tekanan pada perekonomian nasional, mulai dari penurunan penjualan kendaraan, melemahnya indeks kepercayaan konsumen, hingga turunnya kinerja industri tekstil.
Sementara itu, Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Susiwijono Moegiarso, mengapresiasi langkah Apindo yang aktif menjembatani dialog antara dunia usaha dan pemerintah. Ia menjelaskan bahwa pemerintah telah menyiapkan berbagai kesepakatan internasional untuk menghadapi era AI.
“Di tingkat ASEAN, kita sudah menyepakati Digital Economic Framework Agreement (DEFA), sedangkan di APEC ada AI Initiative yang menekankan pendekatan Human-Centered AI. Artinya, penggunaan AI harus memberi manfaat dan kesejahteraan bagi manusia, bukan soal efisiensi industri,” kata Susiwijono.
Menteri Ketenagakerjaan Yassierli menyoroti pentingnya peningkatan produktivitas sebagai kunci hubungan industrial yang sehat di era baru ini.
“Produktivitas adalah kata kunci untuk mewujudkan hubungan industrial yang transformatif. Kita harus meningkatkan kapasitas pekerja agar bisa bersaing,” katanya.
Ia tidak menampik bahwa sekitar 86 persen tenaga kerja Indonesia masih berpendidikan SD hingga SMA. Berdasar data ini, pihaknya perlu menciptakan langkah besar dalam peningkatan keterampilan.
“Kami di Kemenaker tidak bicara program kecil, tapi dampak besar. Karena produktivitas bangsa hanya bisa naik kalau kualitas tenaga kerjanya juga meningkat,” ucap Yassierli.
Ketua DPP Apindo Jatim, Eddy Widjanarko, menilai perkembangan AI tidak bisa dihindari. Banyak sektor usaha, katanya, kini beralih pada penggunaan mesin dan sistem otomatis.
“AI sudah menjadi masa depan industri. Kita memang harus beradaptasi agar tetap relevan dan bisa terus berlanjut,” pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Mochamad Ali Topan
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait:
Advertisement